Mataram (NTB Satu) – World Health Organization (WHO) menganjurkan penerima vaksin dari virus yang dimatikan atau inactivated virus seperti Sinovac untuk segera mendapatkan booster atau vaksin dosis ketiga. Menanggapi anjuran tersebut, akademisi kesehatan di NTB meminta penerima vaksin Sinovac tidak perlu terlalu risau.
WHO merekomendasikan hal tersebut agar tubuh tetap terlindungi dari virus Covid-19 karena adanya penurunan kekebalan dari vaksin jenis inactivated yang telah digunakan.
Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Mataram (Unram), dr. Hamsu Kadriyan, Sp.T.H.T.K.L (K).,M.Kes., mengatakan, pesan dari WHO itu terbaca sebagai sekadar pengingat belaka lantaran proses pembuatan vaksin Sinovac masih menggunakan sistem konvensional.
Sistem kekebalan tubuh manusia, pada umumnya mencapai puncak tertentu dalam periode tiga sampai enam bulan. Kemudian, pemberian vaksin booster bertujuan menaikkan kembali puncak sistem kekebalan tubuh manusia. Setiap jenis vaksin, punya kelebihan dan kekurangan.
“Kalau dalam ilmu pembuatan vaksin yang baru, pembuatan vaksin Sinovac disebut sebagai ide yang konvensional. Karena, kuman dilemahkan, kemudian dimasukkan dalam tubuh manusia. Nantinya, tubuh manusia membentuk pertahanan sendiri. Tidak usah terlalu khawatir dan meng-underestimate vaksin Sinovac,” jelas Hamsu.
Lebih lanjut, Hamsu mengatakan, setiap jenis vaksin punya kemampuan untuk merangsang sistem pertahanan dan membentuk pelindung tubuh manusia atau zat imunitas.
“Zat imunitas itu memang tidak bisa bertahan seumur hidup. Mengenai Covid-19, berkaca dari publikasi-publikasi yang sudah disebarluaskan, ketebalan zat imunitas pada berbagai jenis vaksin Covid-19, cenderung menipis perlahan-lahan,” ungkap Hamsu, ditemui NTB Satu, Kamis, 7 April 2022.
Menurut keterangan Hamsu, vaksin ketiga atau booster memang bertujuan sebagai penguat. Seiring waktu berjalan, sistem imunitas tubuh manusia akan makin menurun dalam melawan virus tertentu, tak terkecuali Covid-19.
“Merupakan hal yang wajar dan lumrah kalau kita vaksin ketiga atau booster, tidak hanya bagi pengguna Sinovac,” kata Hamsu.
Penetapan jangka waktu pemberian vaksin Covid-19, masih dalam proses peninjauan atau spekulasi dari para ahli. Mengingat Covid-19 adalah varian virus yang baru.
“Belum ada penelitian yang betul-betul memastikan kapan sebaiknya diberi vaksin. Namun, sejumlah penelitian beserta evaluasi dan pemantauan berjalan terus di seluruh dunia. Keputusan mengenai proses vaksinasi, tentunya nanti bakal berubah seiring dengan penemuan-penemuan baru yang ditemukan. Kami pun masih terus belajar tentang Covid-19,” tutup Hamsu. (GSR)