Kota Mataram

Parade Ogoh-Ogoh di Mataram Diikuti Sekolah hingga Kabupaten Lain di NTB

Mataram (NTB Satu) – Pawai ogoh-ogoh yang diselenggarakan di Mataram pada Selasa, 21 Maret 2023, menjadi pengobat rindu setelah pandemi benar benar berlalu.

Penyelenggaraan pawai ogoh-ogoh 2023 jelang hari raya Nyepi tahun baru saka 1945 ini juga sebagai ajang kolaborasi sesama umat Hindu. Ogoh-ogoh yang diarak tersebut tidak hanya berasal dari banjar. Namun, ada dari sekaa teruna teruni (STT), komunitas, sekolah, dan perguruan tinggi.

Bahkan, dari kabupaten lain di NTB pun ikut serta dalam pawai tahun ini.

“Tahun ini ada 180 ogoh-ogoh. 160 berasal dari Kota Mataram. Kemudian, 15 ogoh-ogoh dari Lombok Barat. Sisanya, yakni 5 ogoh-ogoh dari Lombok Tengah,” ungkap Ketua Panitia Parade Ogoh-ogoh, Made Krisna Yuda Prasetya, Selasa, 21 Maret 2023.

Dengan jumlah tersebut, kata Krisna, tahun ini menjadi jumlah terbanyak selama parade ogoh-ogoh selama ini. “Jumlah ogoh-ogoh tahun ini merupakan yang terbanyak sepanjang penyelenggaraan di Lombok,” jelasnya.

Hal senada pun disampaikan Ketua Panitia Perayaan Hari Raya Suci Nyepi Provinsi NTB, I Gede Putu Aryadi, S.Sos., MH. “Peserta dari ogoh-ogoh tahun ini ada 180. Itu tidak hanya dari banjar-banjar saja. Ada juga dari sekolah, partisipasi semua umat hindu,” ujarnya.

Putu Aryadi yang juga Kadisnakertrans NTB menjelaskan, di Bali itu ada namanya STT, yaitu sekaa teruna teruni yang menjadi wadah pengembangan kreativitas remaja. “Di sini juga ada STT dan tadi mereka ikut serta juga,” jelasnya.

Selain itu, lanjut Putu Aryadi, beberapa sekolah juga ikut serta meramaikan. “Dari SD, SMP, dan SMA di Mataram pada ikut. Tadi ada juga SD yang kepala sekolahnya muslim, mereka ikut,” tambahnya.

Dilihat dari kegiatan parade ogoh-ogoh tahun ini, memang tidak sekadar menunjukkan perayaan menyambut Hari Raya Nyepi. Waktu yang berdekatan dengan bulan Ramadan, menjadi momentum kebersamaan umat beragama di NTB.

“Kota Mataram telah dikukuhkan sebagai daerah yang toleran. Melalui kegiatan parade ogoh-ogoh ini juga menunjukkan rasa toleransi. Dua agama besar merayakan hari raya, ada nyepi dan menyambut bulan Ramadan,” pungkas Putu Aryadi. (JEF)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button