Akademisi UTS Dukung Kolaborasi Ekonomi Hijau di Desa Lingkar Tambang
Sumbawa Besar (NTBSatu) – Akademisi Universitas Teknologi Sumbawa (UTS), Muhammad Iqbal mendukung penuh konsep ekonomi hijau yang digalakkan Pemkab Sumbawa. Konsep ini bahkan sedang running well, kerja sama perusahaan tambang PT Sumbawa Jutaraya, Pemkab Sumbawa, dan UTS sebagai peneliti.
Muhammad Iqbal sepakat dipilihnya kemiri sebagai penopang program ekonomi hijau tersebut. Bahkan mereka sudah terapkan dalam kick off Pariri Miri Fest 2025, Rabu, 26 November 2025 lalu. Dimulai dari Desa Lawin, desa lingkar tambang PT SJR.
Iqbal menjelaskan, memilih kemiri sebagai program prioritas, sejalan dengan permintaan pasar global terus meningkat.
“Permintaan dari buyer internasional sampai kewalahan. Jadi, berapa ton dikirim ke Riyadh, ke Arab Saudi, ke Jepang, bahkan ke Belanda,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, UTS sudah menurunkan mahasiswa untuk mendampingi pengembangan kemiri melalui KKN Tematik dan terus mendorong inovasi seperti produksi briket dari kulit kemiri.
Desa Lawin yang jadi lokasi kick off, juga turut apresiasi. Kepala Desa Lawin, Ahdiat Kartasasmita menyambut rombongan dengan penuh apresiasi. Ia menggambarkan kondisi Desa Lawin yang kini berkembang melalui dua komoditas unggulan, yakni kemiri dan kopi Arabika.
Ia juga menjelaskan tentang tradisi Nepi Mona, sebuah ritual adat untuk menentukan penanam pertama sebagai simbol keberkahan.
“Kita melalui proses Nepi itu akan mengharapkan keberkahan. Ada satu tetua adat nanti yang melakukan ritual doa sebelum proses Nepi,” ujarnya
Festival Pariri Miri menegaskan, semangat masyarakat Ropang dan Lantung untuk membangun ekonomi hijau berbasis kearifan lokal.
Program kemiri ini diharapkan membuka jalan bagi desa yang lebih sejahtera, produktif, dan tetap menjaga kelestarian hutan.
Apresiasi Pemkab Sumbawa dan Dukungan PT SJR
Sebelumnya, Wakil Bupati (Wabup) Sumbawa, Drs. H. Mohamad Ansori yang hadir, memberikan apresiasi kepada jajaran Forkopimda, kepala desa, serta masyarakat.
Menurut Ansori, program ini menyatukan nilai budaya, penguatan ekonomi hijau, serta komitmen menjaga hutan sebagai identitas masyarakat setempat.
Merupakan bagian dari Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) melalui program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM).
Sementara Direktur PT SJR, Chandra Budi Prasetya menegaskan, festival ini hadir bukan sekadar ajang pertemuan, tetapi momentum untuk mensyukuri potensi besar yang dimiliki Ropang.
“Hari ini kita berkumpul bukan hanya untuk festival, tetapi untuk merayakan rasa syukur dan harapan baru bagi daerah kita Kecamatan Ropang,” ucapnya.
Ia juga menjelaskan alasan memilih kemiri sebagai komoditas strategis. Menurutnya, tanaman ini mampu menjaga kelestarian hutan, memperkuat sumber mata air, dan membuka peluang ekonomi besar bagi masyarakat.
“Kemiri bukan sekedar pohon, tapi masa depan Ropang yang memberi manfaat untuk memperkuat hutan, menjaga mata air, dan membawa peluang ekonomi yang besar,” tambahnya.
Sumber Ekonomi SDA
Sumbawa menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sumber daya alam, terutama dalam hal degradasi lahan dan deforestasi. Ini akibat masifnya penanaman Jagung di lahan lahan hutan. Komoditi Kemiri diharapkan jadi salah satu pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) berkelanjutan, sesuai RPJMD 2025-2029.
Mengatasi situasi ini, berbagai program rehabilitasi lahan kritis dan reforestasi hutan telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir. Penanaman kembali hutan di berbagai wilayah yang mengalami degradasi telah menjadi prioritas dalam kebijakan lingkungan Kabupaten Sumbawa.
Selain menanam kembali spesies pohon asli yang dapat mendukung ekosistem lokal, pemerintah daerah juga mendorong penerapan sistem agroforestri, yaitu kombinasi antara pertanian dan kehutanan yang ramah lingkungan.
Kabupaten Sumbawa berperan dalam menurunkan emisi karbon dengan meningkatkan luas area hutan yang dilindungi, serta mengurangi penggunaan bahan bakar berbasis fosil dalam beberapa sektor ekonomi.
Program energi terbarukan berbasis komunitas, seperti penggunaan panel surya dan biogas, juga mulai diterapkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap sumber energi yang mencemari lingkungan. (*)



