Pengorbanan Ruslan untuk Anak Meang Sekotong, Bangun Sekolah Sendiri hingga Jadi Buruh Demi Kapur Tulis
Mataram (NTBSatu) – Dusun Meang di pesisir Sekotong, Lombok Barat pernah berada dalam kondisi tanpa akses pendidikan layak. Anak-anak tumbuh tanpa ruang belajar, sementara orang tua tidak mampu menyekolahkan mereka ke wilayah yang lebih jauh.
Situasi itu memunculkan keprihatinan mendalam bagi Ruslan, seorang pemuda lokal yang tumbuh besar di lingkungan sederhana tersebut. Ia melihat peluang besar untuk menyelamatkan masa depan anak-anak desa melalui pendidikan, meski harus berjuang sendirian.
“Saya mulai dari tahun 2002, melihat banyaknya anak-anak di Meang perlu mendapatkan pendidikan. Walaupun dalam kondisi yang sangat terbatas, saya mencoba memberikan anak-anak ini pendidikan supaya mereka bisa membaca dan tidak buta huruf,” jelas Guru SDN 11 Buwun Mas Dusun Meang, Ruslan kepada NTBSatu, Selasa, 25 November 2025.
Pengabdian itu berjalan tanpa dukungan finansial apa pun. Ruslan tetap mengajar meski tidak menerima gaji.
“Awalnya status saya itu hanya sukarela, tanpa ada bayaran sepeser pun. Tidak ada bayaran sama sekali, tapi saya tetap berjuang karena ingin mewariskan ilmu yang saya miliki walaupun hanya sedikit kepada anak-anak kami di Meang,” ungkapnya.
Di tengah keterbatasan perlengkapan belajar, ia memilih bekerja serabutan, termasuk menjadi buruh harian, demi membeli kapur tulis dan kertas untuk muridnya.
“Ketika saya kekurangan kapur tulis, saya pergi untuk jadi buruh. Terutamanya tiap hari Minggu, saya itu selalu jadi buruh untuk mencukupi kebutuhan alat belajar mengajar di sekolah,” ucapnya.
Upaya itu menunjukkan tekad kuatnya menjaga keberlangsungan pendidikan di dusun terpencil tersebut.
Perjuangan Bertahun-tahun Menjaga Semangat Belajar Anak Meang
Pengabdian Ruslan tidak berjalan mulus. Lingkungan Meang memberikan tantangan besar sejak awal. Akses jalan yang rusak sering memutus jalur guru-guru lain menuju sekolah.
Ketika hujan deras, lumpur dan longsoran kecil sering menutup jalur masuk dusun. Situasi itu membuat banyak guru hanya dapat hadir saat cuaca benar-benar cerah. Akibatnya, Ruslan sering menangani enam kelas sendirian dari pagi sampai siang.
“Ketika hujan lebat, guru yang lain jarang bisa datang ke sekolah karena kondisi jalan. Jadinya saya harus mengkoordinir enam kelas yang ada,” ungkapnya.
Selain itu, fasilitas sekolah juga belum sepenuhnya memadai. Sebagian besar siswa masih duduk di lantai karena sekolah belum memiliki meja dan kursi yang cukup.
“Untuk fasilitas alhamdullillah sudah lebih baik. Hanya saja belum ada meja dan kursi untuk siswa, sehingga mereka masih duduk bersila di lantai,” tambahnya.
Kondisi itu tidak mematahkan semangat Ruslan. Ia tetap menjaga kualitas pembelajaran agar murid-murid bisa menikmati proses belajar, meski ruang dan perlengkapan belum ideal.
Ruslan menegaskan, perjuangannya lahir dari rasa tanggung jawab sebagai putra desa. Ia berharap, seluruh anak Meang memiliki kesempatan yang sama dengan anak-anak di kota. Menurutnya, pendidikan mampu mengubah pola pikir dan membuka jalan menuju masa depan yang lebih cerah.
“Semua anak Meang punya peluang besar untuk tumbuh dan sukses. Mereka hanya butuh ruang belajar dan orang yang mau membimbing,” ungkapnya.
Ruslan menjelaskan, alasan yang membuatnya kuat menghadapi semua kendala tersebut. Ia menegaskan, niat besar selalu mendorong dirinya untuk melanjutkan perjalanan pendidikan ini.
“Apa pun rintangan, apa pun halangan, saya tetap maju karena anak-anak butuh semangat kita,” tambahnya.
Pesan itu menggambarkan keinginannya untuk menciptakan perubahan jangka panjang. Ia tidak hanya memberikan materi pelajaran, tetapi juga menanamkan kepercayaan diri pada anak-anak yang selama ini merasa tertinggal.
Harapan Baru untuk Masa Depan Meang
Perjuangan Ruslan perlahan membuka mata warga Meang. Orang tua mulai mendukung kegiatan belajar, sementara anak-anak menunjukkan perkembangan membaca dan menulis yang semakin baik.
Banyak warga memuji keteguhan Ruslan karena ia sanggup membangun sekolah tanpa fasilitas, tanpa gaji, dan tanpa keluhan.
Kisah hidupnya mencerminkan, ketulusan seorang guru lokal yang mendedikasikan seluruh energinya demi pendidikan generasi desa.
Ruslan menyampaikan pesan untuk seluruh anak Meang, agar mereka terus belajar dan tidak menyerah pada keadaan.
“Anak-anak di sini tetap bisa maju walau banyak kekurangan. Mereka tinggal butuh dukungan dan keberanian buat bermimpi,” jelasnya.
Ruslan juga berharap pemerintah dan pihak terkait segera menghadirkan dukungan, agar anak-anak Meang memperoleh fasilitas belajar yang lebih layak dan berkelanjutan.
“Semoga pemerintah dapat melihat kondisi kami dan dapat membangun wilayah kami supaya sama dengan wilayah-wilayah yang lain. Baik itu akses jalan, akses kesehatan, akses pendidikan, dan lain sebagainya,” ucapnya.
Pengabdian sunyi yang ia jalankan selama bertahun-tahun kini menjadi bukti, sebuah perubahan besar bisa lahir dari tindakan sederhana, selama dikerjakan dengan hati.
Ruslan terus menjaga semangat itu karena ia yakin pendidikan mampu membuka jalan baru bagi masa depan Dusun Meang. (*)



