Geopark Tambora Jadi Ikon Geowisata dan Penelitian Kebumian Indonesia
Mataram (NTBSatu) – Pulau Sumbawa kembali mencuri perhatian nasional berkat potensi alamnya yang luar biasa. Di tengah pesatnya perkembangan pariwisata berbasis alam dan riset kebumian, Geopark Tambora menapaki jalan sebagai salah satu destinasi unggulan yang tak hanya memikat wisatawan, tetapi juga menjadi laboratorium alam bagi para peneliti dari dalam dan luar negeri.
Keunikan geologi, sejarah letusan besar Tambora tahun 1815, hingga keberadaan situs-situs alam yang langka menjadikan kawasan ini sebagai aset strategis NTB.
Sejalan dengan semakin besarnya perhatian terhadap geopark, pemerintah provinsi menempatkan pengembangannya sebagai agenda penting dalam arah pembangunan jangka menengah.
Kepala Bappeda Provinsi NTB, Iswandi mengatakan, penguatan Geopark Tambora menjadi salah satu program prioritas dalam RPJMD NTB 2025–2029. Khususnya, dalam pengembangan wilayah Pulau Sumbawa.
Menurut Iswandi, Geopark Tambora tidak hanya sebagai destinasi wisata tetapi juga sebagai pusat edukasi, konservasi, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Karena itu, pemerintah provinsi akan memasukkan pengembangannya ke dalam program strategis RPJMD.
“Dalam RPJMD NTB 2025–2029, Geopark Tambora akan mendapatkan perhatian khusus sebagai kawasan unggulan yang mengintegrasikan riset, pariwisata, dan pemberdayaan masyarakat,” ungkapnya, Sabtu, 15 November 2025.
Adapun prioritas yang akan ditekankan dalam dokumen RPJMD meliputi penguatan geowisata yang berkualitas, konservasi warisan geologi dan lingkungan, peningkatan infrastruktur kawasan,
serta pemberdayaan masyarakat secara langsung.
Warisan Letusan Tambora 1815, Magnet Ilmiah dan Wisata Dunia
Geopark Tambora mencakup wilayah Bima dan Dompu dengan empat kecamatan utama. Terkenal luas karena letusan dahsyat tahun 1815 yang berdampak global. Kaldera Tambora menjadi salah satu situs penelitian vulkanologi paling penting di Asia.
“Warisan geologi Tambora adalah aset dunia dan menjadi modal kuat NTB untuk meningkatkan posisi dalam dunia geowisata,” ujar Iswandi.
Kawasan ini juga diperkuat oleh kehadiran Pulau dan Danau Satonda, danau air asin yang terbentuk diduga akibat tsunami pasca-letusan 1815. Serta Doro Bente, kerucut terak berusia ribuan tahun berbentuk cawan yang menjadi fenomena geomorfologi unik.
Keberadaan situs-situs ini menjadikan Tambora sebagai kawasan riset multidisiplin yang menarik bagi ilmuwan. Melalui RPJMD 2025–2029, Pemerintah NTB menargetkan agar pengembangan geopark tidak hanya menjadi upaya konservasi, tetapi juga memberikan dampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.
Pemerintah provinsi juga akan memperkuat sinergi dengan pemerintah pusat, perguruan tinggi, komunitas lokal, serta lembaga internasional. “Geopark harus menghadirkan manfaat ekonomi yang langsung dirasakan warga. Itu salah satu fokus yang akan kami dorong,” tambah Iswandi. (*)



