Menakar Pertumbuhan Ekonomi NTB Terendah Ketiga Nasional
Investasi Meningkat tapi Masih Terkonsentrasi
Data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) menunjukkan, total investasi yang masuk ke NTB sepanjang 2025 mencapai Rp18,5 triliun.
Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) masih menjadi primadona dengan nilai Rp16,29 triliun, menyusul pariwisata dan ekonomi kreatif Rp1,26 triliun, serta perindustrian Rp955 miliar.
Investasi tersebut berhasil menyerap 4.686 tenaga kerja dari berbagai daerah. Kepala DPMPTSP Provinsi NTB, Irnadi Kusuma menilai, capaian ini menunjukkan iklim investasi yang mulai membaik.
“Investor masih melihat NTB sebagai wilayah potensial, terutama di energi dan pariwisata,” katanya.
Namun, Saipul mengingatkan, konsentrasi investasi di sektor energi bisa menimbulkan ketimpangan. “Investasi besar tidak selalu berarti ekonomi tumbuh merata. Kita perlu investasi yang mampu menciptakan lapangan kerja massal, bukan hanya proyek modal besar,” tegasnya.
Pengangguran Naik di Tengah Pemulihan
Meski investasi meningkat, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTB pada Agustus 2025 justru naik menjadi 3,06 persen. Jumlah pengangguran mencapai 10.920 orang, dengan komposisi terbesar dari lulusan SMK dan perguruan tinggi.
“Permintaan tenaga kerja tumbuh lebih lambat dibanding penawaran. Ini jadi tantangan baru,” kata Wahyudin.
Perdagangan Luar Negeri Tetap Surplus
Dari sisi perdagangan, NTB justru menunjukkan kinerja mengesankan. Nilai ekspor pada September 2025 tercatat USD 173,7 juta, didominasi oleh perhiasan/permata 64,55 persen, tembaga 32,17 persen, dan ikan serta udang 2,85 persen.
Sementara itu, impor tercatat USD 11,93 juta, dengan komoditas utama berupa karet dan barang dari karet 63,67 persen, mesin/pesawat mekanik 29,01 persen, dan besi baja 4,19 persen.
Neraca perdagangan NTB pada September surplus USD 161,77 juta, dan secara kumulatif mencapai USD 400,31 juta sepanjang 2025.
“Surplus perdagangan ini jadi bantalan kuat bagi ekonomi daerah. Namun kita harus dorong ekspor produk olahan, bukan hanya bahan mentah,” jelas Wahyudin.
Kualitas Pembangunan Manusia Masih Tertinggal
Sementara dari sisi kualitas pembangunan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) NTB pada 2025 tercatat 73,97, menempatkannya di peringkat ke-27 dari 38 provinsi. Angka ini menunjukkan masih terbatasnya capaian pendidikan, kesehatan, dan daya beli masyarakat.
Menurut Ketua Komisi II DPRD NTB, Lalu Pelita, peningkatan IPM seharusnya menjadi fokus utama pembangunan ekonomi.
“Pertumbuhan tanpa peningkatan kualitas manusia akan timpang. Kita dorong pemerintah daerah mengintegrasikan kebijakan ekonomi dengan kebijakan sosial terutama pendidikan vokasi dan kesehatan masyarakat,” ujarnya. (*)



