Cuaca tak Menentu, Petani Stroberi Sembalun Merugi

Lombok Timur (NTBSatu) – Petani Stroberi Sembalun Lombok Timur merugi. Hasil panen kurang maksimal akibat cuaca tak menentu.
“Seharusnya, ini puncak panen. Kami bisa dapat 40 kilogram per hari,” kata Petani Stroberi, Surni Ayu ditemui NTBSatu di kebunnya, Dusun Jorong Desa Sembalun Bumbung, Minggu, 6 Juli 2025.
Curah hujan yang terus menerus menyebabkan putik berguguran. Bakal buah gagal tumbuh akibat diterpa hujan.
“Stroberi ndak tahan dengan air. Kalau hujan, langsung rontok,” ujar Surni.
Akibat panen yang terbatas ini, wisata panen stroberi kurang maksimal. Banyak pengunjung yang hendak memetik buah berwarna merah tak kebagian.
Pengunjung yang berdatangan mengisi liburan, sebagian harus gigit jari. Meski sudah masuk ke area kebun, hanya sedikit yang berhasil memetik sesuai keinginannya.
Sebagai informasi, tarif atau tiket masuk ke wisata panen Stoberi Rp25.000 per orang. Pengunjung bisa memanen sepuasnya. Hasil panen kemudian dimasukkan ke keranjang untuk ditimbang.
Harganya bervariasi, rata rata Rp25.000 per kemasan plastik mika.

Pengunjung kebun stroberi Zafira yang tiba siang hari, harus gigit jari. Saat masuk ke kebun warga, tak lagi menemukan buah yang matang sesuai keinginannya.
Akhirnya, ia panen sekadarnya. Tapi untuk memenuhi keinginannya, ia membeli yang sudah dipanen di pinggir jalan.
Selain menjual langsung di kebun, petani juga menjajakan buah mungil ranum ini di pinggir jalan.
Lapak mereka penuh buah Stoberi dan hasil kebun lainnya, seperti bawang merah, bawang putih, kedelai, dan selada.
Panen Menurun Pendapatan Berkurang
Penjual Stroberi, Cerika mengeluhkan hal sama. Hasil panen yang menurun berdampak pada penurunan pendapatan hasil penjualan.
“Hari ini 18 Kilogram, hampir 20 kilogram. Ini pun kurang, karena ada yang busuk atau rusak,” keluhnya.
Sementara tahun lalu, pada puncak musim panen yang normal, ia bisa menjual 1,5 Kwintal.
Cuaca tak menentu akibat curah hujan. Juli ini seharusnya masuk musim kemarau. Pada bulan yang sama tahun lalu, Juli jadi puncak musim kemarau, sehingga hasil panen maksimal.
Petani Stroberi lainnya, Zarwan berharap, situasi ini cepat berlalu. Apalagi kunjungan wisatawan utamanya ke Sembalun untuk memetik Stoberi. (*)