Cerita Sandiaga Uno Larang Anaknya Ikut Beasiswa LPDP

Jakarta (NTBSatu) – Mantan Menteri Pariwisiata dan Ekonomi Kreatif (Manparekraf), Sandiaga Uno melarang anaknya mendapatkan beasiswa kuliah Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Pengusaha sekaligus politisi kawakan ini menilai, anaknya tak berhak mendapatkan beasiswa dari LPDP.
Cerita Sandiaga itu diungkapkan dalam video di media sosial Instagram pribadinya @sandiuno, seperti dilihat pada Senin, 30 Juni 2025. Ia membagikan cerita tersebut di hadapan Persatuan Pelajar Indonesia Malaysia (PPIM).
Seorang pelajar bertanya kepada Sandiaga soal pernyataan Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Stella Christie bahwa beasiswa LPDP adalah utang kepada negara yang harus dilunasi.
Namun, Sandiaga punya pandangan berbeda soal pernyataan Wamen Stella Christie. “Saya nggak menyebut utang, ya, tapi tanggung jawab, tanggung jawab kita membangun negeri. Saya melihat bahwa kalian sangat beruntung. Hanya 0,00 sekian persen dari orang Indonesia yang bisa mendapatkan LPDP,” kata Sandiaga di hadapan PPIM.
Alasan Sandiaga Larang Anaknya Ikut Beasiswa LPDP
Sandiaga lalu menceritakan, ia melarang anaknya mendapatkan beasiswa LPDP. Ia mencontohkan, anaknya yang lulus program dari New York University tidak menggunakan beasiswa LPDP.
Sebagai informasi, Putri Sandiaga Amyra Atheefa Uno, baru saja menyelesaikan pendidikan Strata-2 (S2) di New York University, Amerika Serikat tahun 2025.
“Anak saya, saya larang dapat LPDP, kenapa?, karena saya bilang, ‘kalau kamu dapat LPDP, berarti kamu mengambil jatah orang lain’. Anak saya satu baru lulus master dari NYU. Tapi saya larang nggak boleh ambil LPDP, kenapa?, karena kalian lebih berhak gitu. Jadi memiliki sebuah keberuntungan memiliki LPDP itu. Seyogianya memiliki tanggung jawab bagi Indonesia,” ujar Sandiaga.
Sandiaga menilai beasiswa LPDP bukan suatu utang yang harus dibayar, melainkan tanggung jawab penerima untuk membangun dan berkontribusi bagi bangsa.
“Jangan menganggap utang itu adalah seperti kita dalam perusahaan, pinjaman gitu, tapi ini tanggung jawab kita untuk membangun negeri. Jadi terpulang kepada adik-adik sekalian bagaimana menganggapnya. Tapi saya yakin keputusan terpenting itu adalah bagaimana kita tanya kepada hati kita, sebagai yang memiliki keberuntungan dan keberkahan mendapat LPDP itu untuk berkontribusi kembali kepada bangsa dan negara,” imbuhnya. (*)