Pemerintahan

Jauh dari Target, Serapan Jagung oleh Bulog NTB Baru 250 Ton

Mataram (NTBSatu) – Terhitung sampai saat ini, Bulog baru menyerap jagung petani NTB sebanyak 250 ton. Jumlah tersebut masih jauh dari target yaitu 78 ribu ton, sementara target nasional sebesar satu juta ton pada tahun 2025.

“Bulog baru menyerap 250 ton pada musim panen pertama di Kabupaten Sumbawa. Ini masih jauh (dari target), karena ini masih awal,” kata Pimpinan Wilayah Perum Bulog NTB, Sri Murniati, Senin, 28 April 2025.

Murniati mengatakan, minimnya hasil serapan jagung ini terkendala ketersediaan gudang penyimpanan. Khususnya, di Pulau Sumbawa.

Adapun gudang untuk menampung hasil jagung yang tersedia saat ini, hanya 10 ribu ton. Karenanya, Bulog terus melakukan kerja sama dengan pihak ketiga.

“Kalau ada informasi terkait gudang, kita akan laporkan ke pusat untuk disewa,” ujar Murniati.

IKLAN

Terhadap kekurangan ini, ujar Murniati, Bulog siap untuk menyewa gudang-gudang tersebut. Selama tarif sewa dan kualifikasinya memenuhi persyaratan.

“Karena ini menyangkut ketahanan jagung yang akan disimpan,” tuturnya.

Sementara untuk jagung lama, Bulog sudah melakukan lelang 4.060 ton. Jumlah ini lebih dari total 8 ribu ton stok di Lombok. Proses lelang di Pulau Sumbawa akan dilaksanakan pada awal Mei mendatang.

Terpisah, Asisten II Setda NTB Fathul Gani memberikan atensi permasalahan gudang penyimpanan ini. Ia meminta Kepala Bulog berkoordinasi untuk memanfaatkan gudang yang ada di Aglomerasi Pabrik Hasil Tembakau (APHT) di Lombok Timur.

“Kita ada dua gudang di APHT Paok Motong itu, coba nanti kita cek bisa kita manfaatkan atau tidak,” kata Gani.

Persoalan kekurangan gudang penyimpanan saat musim panen tiba, menjadi masalah yang terjadi hampir setiap tahun. Karena itu, menyikapi kondisi tersebut Mantan Kepala Dinas Pertanian ini mengatakan, pembentukan koperasi merah putih di tiap desa bisa menjadi solusi.

“Bagi desa yang tidak menghasilkan jagung, bisa kita sesuaikan dengan karakteristik daerah tersebut. Kita ingin alat panen, cara pengeringan dikelola oleh desa,” kata Gani. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button