HEADLINE NEWSPolitik

3 Cagub NTB Adu Gagasan Soal Beasiswa NTB dan Harapan Perbaikan

Mataram (NTBSatu) – Tiga Calon Gubernur (Cagub) NTB, Dr. Zulkieflimansyah, Dr. Sitti Rohmi Djalilah, dan Dr. Lalu Muhammad Iqbal, sampaikan gagasan mereka terkait program Beasiswa NTB. Serta, harapan ke depannya.

Momen adu gagasan tiga cagub itu terjadi dalam acara Mata NTB Episode 1: Denotasi Pemimpin NTB 24-29 pada Kamis, 22 Agustus 2024 di Gedung Dome, Universitas Mataram.

Dalam satu sesi, tiga cagub NTB berdialog soal pemberian beasiswa untuk anak-anak NTB. Panelis Mata NTB Episode 1, Ahmad Junaidi melontarkan sejumlah pertanyaan kepada tiga cagub mengenai beasiswa NTB.

Pembicara Pertama, Lalu Muhamad Iqbal alias Miq Iqbal memberikan pandangan dan konsep soal beasiswa bila terpilih sebagai Gubernur NTB. Dalam pemaparannya, Miq Iqbal ingin menggunakan prinsip priority follows authority atau prioritas mengikuti otoritas untuk beasiswa.

Ia menjelaskan, pemerintah provinsi memiliki wewenang untuk mengurusi SMA/SMK. Maka, Miq Iqbal berpendapat bahwa anggaran untuk pendidikan, mesti terprioritaskan untuk jalur SMA/SMK terlebih dahulu.

Apabila anggaran yang ada terbatas, ia berpendapat bahwa melakukan pembagian anggaran di luar kewenangan, boleh terlaksana. Asalkan, sumber anggarannya tidak berasal dari APBD.

“Saya menilai bahwa pemerintah perlu mencari sumber-sumber pendanaan alternatif untuk NTB,” ungkap Miq Iqbal.

Menurut Miq Iqbal, pemerintah harus memiliki kreativitas untuk pembangunan yang bersumber dari dana alternatif. Ia menilai, apabila ada seorang kepala daerah yang membayangkan membangun daerahnya hanya melalui APBD, maka ia telah gagal sebagai kepala daerah.

Ia menyebut, beasiswa sebagai program mulia. Untuk itu, ia merasa harus melanjutkannya. Namun, Miq Iqbal melihat bahwa tata kelola dari beasiswa mesti dievaluasi.

“Saya dan Bang Zul adalah dua produk yang berasal dari beasiswa. Apabila tidak mendapatkan beasiswa, maka kami tidak akan jadi begini,” terang Miq Iqbal.

Ia kembali menyontohkan, di luar negeri, ada banyak lembaga memberikan beasiswa. Misalnya, pemerintah Austria, Turki, dan lain-lain. Maka, NTB mesti menyiapkan pertukaran yang layak kepada negara-negara itu agar dapat mengirimkan calon-calon mahasiswa terbaiknya.

Saat masih di Turki, Miq Iqbal sempat meminta pemerintah setempat untuk menaikkan jumlah mahasiswa yang akan mendapatkan beasiswa. Kepada pemerintahan Turki, ia menjamin bahwa hubungan bilateral dengan Indonesia akan makin membaik.

“Pemerintah Provinsi NTB harus meyakinkan lembaga-lembaga pemberi beasiswa untuk berkontribusi dalam upaya peningkatan hubungan bilateral,” tandas Miq Iqbal.

Bang Zul dan Jawabannya soal Beasiswa NTB

Sementara itu, pembicara kedua, Zulkieflimansyah alias Bang Zul bersepakat dengan Miq Iqbal. Menurutnya, seluruh biaya beasiswa semestinya tidak menggunakan APBD. Sejak menginisiasi Beasiswa NTB, Bang Zul mengaku telah menghindari memakai APBD.

“Sebab, bila ingin memakai APBD, mesti ada persetujuan oleh parlemen, dan lain-lain,” ucap Bang Zul.

Bang Zul ingin agar anak-anak NTB memiliki berbagai pengalaman internasional. Sehingga, mereka memiliki pola pikir untuk mengejar ketertinggalan yang ada di NTB.

Pada pengiriman pertama dan kedua anak-anak NTB melalui Beasiswa NTB, Bang Zul tidak memakai APBD. Ia mengaku, meminta bantuan dari sejumlah pihak untuk membantu dalam mengakselerasi upgrading human capacity atau pembangunan kapasitas manusia di NTB.

Hanya saja, setelah sejumlah pihak menyumbang, ada berbagai kegaduhan mengenai kejelasan pemberi bantuan. Sehingga, parlemen memintanya agar memakai APBD untuk melanjutkan program Beasiswa NTB.

Selanjutnya, Bang Zul mengakui bahwa aksentuasi Beasiswa NTB memang terletak pada cabang ilmu sains dan teknologi. Ia bukan tidak mau mengirim mahasiswa ke negara-negara lain, hanya saja ada kebutuhan dari lembaga-lembaga pemberi beasiswa untuk kepentingan akreditasi internasional.

Dengan Beasiswa NTB, Bang Zul sebenarnya ingin menggoda pemerintah pusat. Sebab, NTB mampu mengirimkan 1.000 mahasiswa untuk bersekolah ke luar negeri. Maka, ia mengharapkan pemerintah pusat mampu mengirimkan 100.000 mahasiswa untuk bersekolah ke luar negeri.

Terakhir, Bang Zul tidak pernah meminta anak-anak NTB yang berkuliah ke luar negeri untuk kembali ke daerah asalnya. Sebab, ia memahami karakteristik masyarakat NTB, yaitu tidak perlu meminta mereka pulang untuk kembali membangun daerahnya.

“Dengan demikian, saya yakin mereka akan punya keinginan personal untuk kembali ke daerahnya,” tutur Bang Zul.

Apabila anak-anak NTB memiliki kesempatan bekerja di luar negeri selama 20 tahun, maka Bang Zul menyarankan untuk terus bekerja di sana.

“Namun, apabila panggilan untuk pulang telah memanggil seperti Miq Iqbal yang sekarang, saya yakin anak-anak itu bisa menjadi pemimpin untuk NTB di masa depan,” pungkas Bang Zul.

Ummi Rohmi dan Revitalisasi Rumah-rumah Bahasa

Pembicara Ketiga, Sitti Rohmi Djalilah alias Umi Rohmi sangat menyetujui adanya program beasiswa. Namun, ia ingin agar beasiswa itu nantinya tidak menyalahi aturan. Oleh karena itu, ia mengajukan untuk merevitalisasi rumah bahasa agar daya saing anak-anak NTB dapat meningkat dengan pesat.

“Sebab, saya mempercayai bahwa anak-anak NTB memang cerdas dan pintar,” pendapat dari Umi Rohmi.

Hanya saja, anak-anak NTB belum terlalu memiliki media dan fasilitas pendukung untuk program beasiswa. Maka, ke depannya, Ummi Rohmi ingin meningkatkan akreditasi rumah-rumah bahasa dalam program IELTS dan TOEFL.

Bahkan, ia akan membuat rumah bahasa dapat menyediakan jasa, agar orang-orang NTB memiliki kesempatan bekerja di luar negeri. Umi Rohmi ingin memaksimalkan revitalisasi rumah-rumah bahasa yang ada di NTB.

Ia tidak bicara soal hardware atau perangkat keras dari rumah-rumah bahasa, tetapi manajerial yang sesuai dan relevan. Sebab, universitas-universitas di NTB memiliki fasilitas yang amat bagus. Hanya saja, ia mendorong untuk memperbaiki manajemen dan hubungan kerja sama dengan sejumlah lembaga pemberi beasiswa dari luar negeri.

Selanjutnya, Umi Rohmi ingin agar informasi mengenai beasiswa untuk masyarakat NTB bersfiat terbuka hingga ke pelosok-pelosok desa dan dusun. Sehingga, masyarakat NTB akan merasakan manfaat dan dampak yang berkelanjutan dari program beasiswa.

Terakhir, Umi Rohmi menyampaikan, Beasiswa NTB memang program yang luar biasa. Namun, ia menilai ada sejumlah hal yang mesti dievaluasi dari program tersebut.

“Saya ingin rumah-rumah bahasa makin berdaya. Sehingga, tenaga-tenaga yang dibutuhkan oleh masyarakat NTB tersedia dengan baik,” tukas Umi Rohmi. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button