Mataram (NTBSatu) – Kantor Bahasa Provinsi NTB menjadikan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia atau UKBI sebagai program unggulan. Penerapan UKBI tersebut berbasis kertas sebagai alat uji kemahiran di berbagai instansi pendidikan. Mulai dari sekolah, universitas, hingga OPD, baik di Lombok maupun Sumbawa.
Kepala Kantor Bahasa Provinsi NTB, Puji Retno Hardiningtyas mengatakan, perkembangan UKBI di NTB makin masif dengan adanya UKBI Adaptif Merdeka berbasis laman.
Peningkatan ini terlihat dari jumlah peuji yang menembus angka 10.000 di tahun 2021. Angka tersebut terhitung fantastis, mengingat di tahun-tahun sebelumnya jumlah peuji masih berada di bawah angka seribu per tahun.
“Peningkatan jumlah peuji ini selain karena sistem uji yang makin canggih, juga karena kesadaran pemangku kepentingan di bidang pendidikan makin tinggi,” ungkap Retno, Kamis, 8 Agustus 2024.
Retno menjelaskan, setiap tahun pihaknya rutin melaksanakan diseminasi UKBI kepada pemangku kepentingan, seperti kepala sekolah, kepala OPD, dan dosen. Hal itu bertujuan untuk memahamkan pentingnya UKBI untuk peserta didik dan pegawai sebagai alat asesmen.
Secara kualitas, hasil pengujian UKBI di NTB juga mengalami peningkatan. Merujuk pada Peta Kemahiran Berbahasa Indonesia, di tahun 2022 jumlah peuji di NTB dengan predikat di bawah Semenjana mencapai 55 persen.
Sementara, pada 2023, dengan jumlah peuji hingga tiga kali lipat, peserta uji dengan predikat di bawah Semenjana menurun sebanyak 5 persen, menjadi 50 persen.
Menurut Retno, hasil itu memang masih mengecewakan dan jauh dari kata baik. Tetapi, peningkatan kemahiran berbahasa peuji di Provinsi NTB memang nyata adanya.
Dari segi implementasi, UKBI juga memiliki dampak signifikan dalam menggerakkan kegiatan peningkatan kemahiran berbahasa. Berkat diseminasi dan serangkaian diplomasi yang terlaksanakan oleh Kantor Bahasa Provinsi NTB, kebijakan-kebijakan kian banyak dalam instansi pendidikan di NTB.
Dampak untuk Masyarakat
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Hamzanwadi misalnya, menjadikan UKBI sebagai sertifikat pendamping ijazah bagi seluruh mahasiswa. PBSI Hamzanwadi memastikan seluruh lulusannya telah terukur kemahirannya dan memiliki bukti jenjang kemahiran berbahasa Indonesia.
Dengan demikian, mahasiswa sekaligus menjadi calon guru yang terpercaya dari segi kompetensi berbahasa. Implementasi UKBI dengan metode yang sama juga terlaksana di Universitas Muhammadiyah Mataram. Dengan jenjang uji minimal Madya, mahasiswa harus memiliki kompetensi berbahasa maksimal.
Tidak hanya di Tingkat perguruan tinggi, UKBI di jenjang sekolah menengah juga terimplementasikan dengan baik di beberapa sekolah. Salah satu sekolah yang menjadikan UKBI sebagai alat peningkatan literasi adalah SMPN 15 Mataram.
Retno menerangkan, UKBI menjadi kemewahan bagi pendidik di SMPN 15 Mataram. Setiap tahun, SMPN 15 Mataram rutin mengujikannya bagi seluruh siswa juga bagi guru bahasa dan kepala sekolah. Hasil ujiannya menjadi bahan evaluasi untuk menentukan perlakuan peningkatan kemahiran berbahasa guru.
Siswa yang teridentifikasi memiliki kompetensi berbahasa yang tinggi terus mesti tergali potensinya dengan melibatkan siswa dalam lomba-lomba terkait bahasa dan sastra.
Kantor Bahasa Provinsi NTB terus mengevaluasi secara mendalam soal UKBI. Mereka menyadari sosialisasi belum terlaksana secara menyeluruh dan menyentuh seluruh kalangan. Jumlah penguji masih banyak dari kalangan pelajar, meski sejak 2022 dari kalangan mahasiswa dan pekerja meningkat.
“Harapannya, dapat diterapkan di berbagai lini profesi, terutama profesi yang membutuhkan komunikasi interpersonal,” tandas Retno. (*)