Pendidikan

Antisipasi Pergeseran Bahasa Daerah, Kantor Bahasa Provinsi NTB Gelar Diskusi Kelompok Terpumpun Model Pembelajaran

Mataram (NTB Satu) – Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menawarkan pendekatan baru untuk melestarikan bahasa daerah melalui model pembelajaran. Pendekatan itu melalui model pembelajaran bahasa daerah sebagai langkah antisipasi pergeseran bahasa daerah.

Pergeseran itu karena sikap yang lebih mencintai pemakaian bahasa Indonesia dan bahasa asing.

Maka dari itu, Kantor Bahasa Provinsi NTB menggelar Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) bagi guru tingkat SD dan SMP. Pelaksanaan kegiatan secara daring pada Senin, 13 Maret 2023.

Pembahasannya untuk merevisi model pembelajaran bahasa daerah Sasak, Samawa, dan Mbojo, dan materi dalam kegiatan Pelatihan Guru Master. Keseluruhan kegiatan tersebut tergabung dalam program Revitalisasi Bahasa Daerah 2023 di Provinsi NTB.

Kepala Kantor Bahasa Provinsi NTB, Dr. Puji Retno Hardiningtyas, S.S., M.Hum., mengatakan revitalisasi adalah langkah tepat untuk melestarikan dan mengembangkan bahasa daerah bagi generasi muda.

“Langkah perlindungan melalui revitalisasi sudah seharusnya dan selayaknya ada dukungan pedoman, termasuk model pembelajaran,” ungkap Puji saat sambutan.

Dengan adanya model pembelajaran, lanjut Puji, bisa membantu para guru melakukan pengimbasan. “Pengimbasan ilmu dari guru master kepada siswa dan guru lain di lingkungan sekolah dan tempat tinggal guru master,” jelasnya.

Setelah sambutan, narasumber menyampaikan revisi model pembelajaran bahasa daerah dan diskusi. Terdapat rekomendasi berupa mekanisme dan pemilihan gambar yang sesuai untuk mendukung model pembelajaran.

Pengenalan materi ini juga sebagai persiapan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) 2023. Ada lima mata lomba wajib sebagai acuan pengimbasan pengembangan bahasa dan sastra daerah di NTB.

Mata lomba itu adalah Menulis dan Membaca Aksara, Berpidato, Komedi Tunggal, Menulis Cerpen, dan Mendongeng.

Kegiatan DKT tersebut diikuti guru SD dan SMP di NTB, Budayawan, Akademisi, Pegiat Literasi, dan Sastrawan. Adapun narasumber yang menjelaskan model pembelajaran tersebut, yakni Irma Setiawan, Burhanuddin Ali, Muhammad Hakiki, Zamzam Hariro, dan Safoan Abdul Hamid. (JEF)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button