PT Gerbang NTB Emas atau GNE ibarat mobil nyaris mogok. Selain masalah suplai ‘bahan bakar’ modal yang terus menipis, kesalahan pengelolaan keuangan dan manajemen bisnis membuat perusahaan malah pasang gigi mundur. Tiga lini bisnis bahkan mogok: Program Mahadesa jadi sumber masalah baru di desa, proyek batu split sisakan onggokan bangunan kosong, bisnis perumahan diduga dijalankan ordal.
Emosi Deddy Afriandi Zulkarnain tak terbendung mendapat kabar tiga mobil dinas tak ada satu pun atas namanya. Padahal ia punya hak setara mendapat fasilitas mobil dalam jabatannya sebagai Direktur Bidang Manufaktur dan Assembling PT GNE.
Sementara tiga direktur lainnya diduga mendapat mobil atas nama pribadi pada dokumen STNK dan BPKB. Pengadaannya untuk tiga merk, Toyota Fortuner, Innova Reborn dan Wulling Almaz, bersumber dari keuangan perusahaan plat merah tersebut.
Pria yang akrab disapa Deddy AZ ini mengirim pesan ke Whatsapp Grup internal direksi, “Kalian semua hanya mementingkan diri sendiri,” tulis Deddy kesal.
Deddy tak merespons konfirmasi NTBSatu terkait sikap kerasnya tersebut. Namun salah satu direktur yang enggan menyebut identitasnya melihat langsung isi chat sekitar tahun 2019 itu. Lantas, Deddy dipanggil Direktur Utama PT GNE, Samsul Hadi.
Solusinya, Deddy tetap mendapat mobil dinas, tapi bukan atas nama pribadi. STNK dan BPKB tercantum atas nama PT GNE. Pada akhirnya, alumni IKIP Mataram ini keluar dari PT GNE dan kini fokus berkarir bidang politik.