Mataram (NTBSatu) – Kesedihan mendalam tampak di wajah Raodah, saat ditemui di RS Bhayangkara Mataram. Ibu santriwati Nurul Izati Ponpes Ponpes Al Aziziyah, Gunungsari, Lombok Barat ini, bukan suara terkait wafat anaknya tersebut. Ternyata korban mengaku dipukul dan sering minta pulang.
Saat ditemui di RS Bhayangkara, Kota Mataram, Raodah menjelaskan jika korban sebelum dirawat di RSUD Soedjono Selong, Lombok Timur mengaku pernah dipukul oleh tiga orang. Namun, Nurul tak menjelaskan siapa dan di mana dia mengalami penganiayaan.
“Minggu kemarin (23 Juni) tahu dari bapaknya, anaknya bicara sebelum koma ngaku pernah dipukul tiga orang,” kata Raodah kepada wartawan, Sabtu, 29 Juni 2024.
Raodah sampai di Lombok pada Jumat, 28 Juni setelah berangkat dari Ende, Nusa Tenggara Timur mengunakan kapal laut pada Kamis, 27 Juni 2024.
Sejak sampai di RSUD, Raodah telah melihat anak satu-satunya tersebut dalam kondisi kritis. Tubuhnya telah dipasang sejumlah alat kesehatan.
“Sudah dipasang alat ventilator. Dia tidak ada respon dari pertama. Hanya mendengar suara napas. Itupun dibantu alat,” katanya.
Perempuan usia 50 tahun itu menyebut jika anak satu-satunya tersebut kerap meminta pulang saat Raodah menghubunginya selalu meminta pulang. Alasannya, korban merasa tak nyaman dengan kondisi pondok. Itu pun tak semua keluhannya diungkap.
“Alasannya karena air kotor. Tapi yang lain dia tidak cerita,” ujarnya.
Dijemput Keluarga Korban
Salah satu keluarga korban kemudian menjemput korban di Ponpes Al Aziziyah. Keluarga tersebut kemudian membawa korban berobat ke Puskemas Labuan Lombok dan selanjutnya dibawa ke RSUD Soedjono Selong, Lombok Timur.
Namun sayang, santriwati usia 13 tahun tersebut menghembuskan nafas terakhir di RSUD Soedjono Selong, Lombok Timur pada Sabtu, 29 Juni 2024 sekitar pukul 10.30 Wita.
Jenazah almarhumah selanjutnya dibawa ke RS Bhayangkara Kota Mataram untuk menjalani autopsi. Jenazah almarhumah sampai di Rumah Sakit Bhayangkara sekitar pukul 13.00. (KHN)