Lombok Barat

Mengenal TGH Musthafa Umar Abdul Aziz, Pendiri Ponpes Al Aziziyah

Mataram (NTBSatu) – Pondok Pesantren atau Ponpes Al Aziziyah yang berada di daerah Gunungsari, Lombok telah berdiri sejak tahun 1985. Ponpes ini merupakan buah karya ulama karismatik NTB, TGH Musthafa Umar Abdul Aziz.

Mengutip dari laman resmi Ponpes, Selasa, 16 Juli 2024, orang tua Musthafa merupakan seorang alim yang miskin. Mereka bernama Umar Abdul Aziz dan Hj Jamilah.

Kendati miskin, semangat untuk belajar Musthafa waktu kecil sangat besar. Ia tetap ngotot untuk bisa belajar seperti kawan-kawannya. Tak jarang, diminta untuk pulang agar tidak sekolah, lantaran tak ada biaya.

Berkat semangat tinggi, ada saja rezeki yang ia dapat semasa belajar. Hingga akhirnya ia mampu belajar ke Mekkah tahun 1976 dan terakhir mendapatkan amanah untuk menjadi guru di Masjidil Haram tahun 1985.

Untuk bisa duduk di kursi guru dan mengajar murid dari berbagai belahan dunia di Masjidil Haram bukanlah hal mudah. Sosok guru harus terseleksi melalui berbagai persyaratan yang sangat ketat. Musthafa berhasil melalui semua itu.

Sementara, Musthafa bukanlah cendekiawan yang menghabiskan belajar di bangku formal. Ia banyak menghabiskan masa mudanya belajar dengan para ulama senior di Mekkah.

Setelah 15 tahun menimba ilmu dan menjadi guru di Mekah, ia memutuskan untuk pulang kampung. Satu yang menjadi cita-cita Musthafa adalah mendirikan sebuah lembaga pendidikan tahfidzil Qur’an.

Posisi menjadi guru di Mekah pun ia tinggalkan demi membangun desanya menjadi desa pencetak penghafal Al-Qur’an. Serta, mendirikan lembaga pendidikan Islam yang melahiran generasi Muslim yang berilmu dan beramal.

Tantangan Mendirikan Ponpes Al Aziziyah

Ponpes
Gedung Ponpes Al Aziziyah di Gunungsari, Lombok Barat. Foto: Zulhaq Armansyah

Tak mudah ternyata berkecimpung di masyarakat. Pasalnya, sejak awal ia sudah mendapat cap sebagai penganut Wahabi yang bertentangan dengan Ahlusunnah Waljamaah. Fitnah dan kecaman ia terima, tapi tetap teguh pada niat awal, yakni mengabdi untuk mencetak generasi Qur’ani.

Alhasil, kini ia menjadi figur yang menjadi rujukan Tuan Guru di wilayah Lombok. Setiap hari Ahad, ratusan Tuan Guru dari wilayah NTB berkumpul untuk mengaji di rumahnya. Mereka mengkaji hukum-hukum dalam Islam.

Tak hanya para Tuan Guru, para masyarakat umum yang haus ilmu Islam juga mendapatkan tempat untuk mengaji kepada Musthafa.

Kini, buah dari kerja keras itu telah berhasil mendirikan lembaga pendidikan Islam mulai dari tingkat taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Bahkan, terkenal se-Indonesia karena prestasi para santrinya yang menjadi imam besar di berbagai masjid belahan dunia.

Prestasi Tercoreng Dugaan Kasus Penganiayaan

Penganiayaan Santriwati
Ilustrasi penganiayaan santriwati. Foto: SHUTTERSTOCK/Pixel-Shot

Namun, torehan prestasi tersebut tampak tercoreng belakangan ini. Sebab, Ponpes Al Aziziyah sedang diterpa dugaan kasus penganiayaan, yang mengakibtakan salah satu santriwatinya, Nurul Izzati meninggal dunia.

Informasi yang diterima NTBSatu, Nurul diduga menjadi korban penganiayaan tiga orang santriwati yang merupakan temannya. Ia mendapat pukulan pada bagian pundak sebelah kanan dan bagian mata, hingga menyebabkan luka berat.

Perempuan asal NTT itu sempat menjalani perawatan intensif di RSUD dr. Soedjono Selong, Lombok Timur selama 16 hari. Sayangnya, dengan kondisi yang sangat kritis, ia meninggalkan kedua orang tuanya lebih awal pada tanggal 29 Juni 2024.

Hingga kini, pihak kepolisain Polresta Mataram masih melakukan penyelidikan atas dugaan penganiayaan tersebut. Sejumlah saksi dari lingkungan Ponpes hingga Rumah Sakit telah menjalani pemeriksaan sebagai saksi.

Meskipun begitu, pihak Ponpes Al Aziziyah melalui kuasa hukumnya sangat yakin kalau tak ada kekerasan terjadi yang berujung wafatnya Nurul.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button