Opini

Belajar dari Kebohongan yang Cemerlang

Oleh : Zakiy M. Mubarok

A Bright Shinning Lie . Buku karya Neil Sheehan (1988). Buku tentang perang Vietnam. JA Barnes (1994) menyebut buku kebohongan pejabat militer Amerika Serikat (AS). Kebohongan pada warga Amerika (yang nota bene adalah pendukungnya).

Menarik mendiskusikan buku lawas itu. Terutama untuk menjawab, kenapa kebohongan justeru dilakukan kepada para pendukung. Bukan kepada rival atau lawan. Karena kita yang awam, cara berpikirnya linier. Bohong semestinya kepada lawan atau rival sebagai bagian dari strategi dan taktik untuk menang dalam pertarungan atau peperangan. Artinya, Vietnam harusnya berbohong ke Amerika, atau sebaliknya Amerika dengan Vietnam.

Dan lazimnya pada masa perang, masing-masing pihak (hampir pasti) beranggapan bahwa musuh mencoba menipu. Karena itu mereka mengklaim berhak menipu balik. Dan pada saat yang sama mereka juga berusaha mempengaruhi warganya (baca pendukungnya) untuk menerima.

Isteri saya bilang. Inti buku A Bright Shinning Lie adalah manipulasi (kebohongan) sebab-sebab perang di Vietnam. Oleh Warga Amerika, kebohongan itu diterima begitu saja. Sebagai lulusan Asian Institute of Managemen (AIM) Manila Philipina, dan pernah mengenyam pendidikan di Harvard University Amerika, isteri saya punya banyak pengetahuan atas naskah-naskah atau buku-buku terbitan luar negeri dan berbahasa asing (baca bahasa Inggris) dibanding saya tentu saja. Karena itu, saya sering bertanya dan menjadikannya referensi.

Diskusi saya dengan isteri, tentang buku A Bright Shinning Lie diawali ketika di pesawat VeitjetAir.com dari Bandara Noi Bai Hanoi Vietnam menuju Soekarno Hatta Jakarta Indonesia, beberapa waktu lalu. Perjalanan kurang lebih 4 jam itu saya nikmati dengan membaca buku A Pack Of Lies Sosiologi Kebohongan dan Psikologi Akal Bulus karya JA Barnes. Cetakan pertama buku ini tahun 1994 yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia 2005.

Dalam buku itu, A Bright Shinning Lie dikutip sebagai salah satu contoh tentang kebohongan dan akal bulus. Menurut JA Barnes, seperti yang ia katakan dalam bukunya, A Bright Shinning Lie adalah buku tentang kebohongan Amerika kepada warga pendukungnya.

Banyak diantara kita yang mengetahui, bahwa perang Vietnam bukan hanya perang terlama AS di Asia Tenggara. Tetapi menjadi kekalahan terburuk negera itu. Dalam perang ini, hampir 60.000 prajurit AS tewas. Sebuah mimpi buruk yang dialami AS antara tahun 1967 hingga 1969. Sampai-sampai untuk mengenang peristiwa tersebut, Vietnam Veterans Memorial didedikasikan di Washington DC pada tahun 1982.

Sebuah sumber menyebutkan, sejak pembagian Vietnam Utara (komunis) dan Vietnam Selatan (demokratis liberal), konflik dan ketegangan terjadi di Vietnam. Melihat hal itu, AS sangat khawatir. Sebab, jika Vietnam dikuasai komunisme, maka dapat diperkirakan akan menggulingkan demokrasi di seluruh Asia Tenggara. Kekhawatiran AS ini berasal dari ketakutan era Perang Dingin terhadap ‘teori domino’.

Karena itu, pada tahun 1961 Presiden AS John F. Kennedy memilih untuk memperluas program bantuan militer dengan memberikan pendanaan, persenjataan, dan pelatihan, kepada pemerintah dan militer Vietnam Selatan.

Jika benar Pemerintah AS berbohong kepada warganya seperti kesimpulan yang disampaikan JA Barnes atas buku A Bright Shinning Lie pertanyannya adalah, mengapa hal itu harus dilakukan?

Secara teoritik, salah satu tugas tradisional pemerintah adalah melindungi warganya dari musuh, mengacaukan politik mereka (musuh), dan menggagalkan tipuan kotor mereka. Untuk melakukan tugas itu, pemerintah harus mempunyai dukungan dari mayoritas penduduknya, untuk kemudian dipergunakannya, paling tidak, untuk penipuan defensif yang diperbolehkan dalam pandangan mereka. Ketika negara berada dibawah kekuasaan musuh, maka kewajiban berbohong secara selektif menyebar dari pemerintah sampai ke semua warga negara yang loyal. Dalam berhubungan dengan pihak musuh, warga negara diharapkan mempraktikkan aturan-aturan moral yang bertentangan meski mereka akan terkena hukuman jika ketahuan melakukannya.

Entah kenapa di akhir tulisan ini pikiran saya traveling ke detik-detik menjelang Pilkada 2024 ini. Apakah kita juga harus belajar dari buku A Bright Shinning Lie ?

Wallahu’alambishawab

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button