Mataram (NTBSatu) – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Provinsi NTB telah menerima impor beras dari Vietnam sebesar 6,7 juta dolar AS atau sekitar 10.250 ton pada April 2024.
Hadirnya beras impor membuat jenis beras yang ada di pasaran kini lebih bervariasi. Namun para pedagang mengungkapkan, konsumen lebih menyukai kualitas dan cita rasa dari beras lokal karena lebih pulen dan harum ketika dimasak serta tahan lebih lama jika berada dalam suhu ruangan.
Salah satu pedagang mengaku tidak akan menjual beras impor jika persediaan atau pasokan lokal masih tersedia. Menurutnya, hal itu merupakan upaya dalam mendukung petani dan produksi daerah.
“Kan pemerintah katanya mau galakkan swasembada pangan ? Kok, masih impor beras ? Lebih baik serap punya petani saja, pembeli juga lebih banyak minta yang lokal punya,” ucap Eka Bahtiar, salah satu pedagang beras di Pasar Kebun Roek, Ampenan, Kota Mataram, Selasa, 21 Mei 2024.
Di sisi lain, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan provinsi NTB, Muhammad Taufieq Hidayat, mengatakan, keberadaan beras impor tidak berdampak signifikan terhadap petani. Pasalnya, pemerintah melakukan impor berdekatan dengan panen raya. Sehingga hadirnya beras impor justru dapat menstabilkan harga pangan tersebut.
“Tidak berpengaruh, kan petani kita juga sedang berproduksi,” ujarnya.
Berita Terkini:
- Pengendalian Inflasi NTB Telan Anggaran Rp295,33 Miliar
- Pembalap ARRC 2024 Sempatkan Nikmati Mandalika Sebelum Balapan
- Didampingi Staf Ahli Wapres, Aji Rum Kawal Penuntasan Lahan Pembangunan IAIN Bima
- Inspektorat Audit Investigasi Keuangan Rp32 Miliar PT GNE
- Aktivis Mahasiswa Lombok Timur Desak Dirut RSUD Soedjono Dipecat
Sementara itu, Taufieq menyebut stok beras NTB surplus dan memenuhi kebutuhan daerah sampai tiba musim panen berikutnya.
“Kita punya 1,54 juta ton untuk gabah kering giling, kalau diproses jadi beras itu sekitar 1 juta ton, sedangkan, kebutuhan beras masyarakat NTB hanya 530 ribu ton saja,” terangnya.
Kendati mengalami surplus, pemerintah mengimbau para petani agar dapat mengukur terlebih dahulu kebutuhan beras untuk rumah tangga sampai dengan panen raya berikutnya, jangan sekaligus menjual gabah/beras ke luar daerah.
“Prioritaskan dulu kebutuhan kita, baru sisanya jual ke luar,” pungkasnya.(STA)