Selong (NTBSatu) – Kabupaten Lombok Timur tidak pernah absen dilanda bencana alam. Banjir menjadi bencana yang paling kerap terjadi di Kabupaten Lombok Timur setiap tahun.
Buruknya konfigurasi dan kondisi irigasi menjadi salah satu faktor utama penyebab banjir. Selain itu, keberadaan tambang Mineral Bukan Logam dan Batuan (MBLB) atau galian C juga menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya banjir.
Contoh nyatanya terjadi ketika banjir melanda Pringgabaya pada 2017 lalu, kemudian banjir di wilayah Loyok dan Joben pada tahun 2022, dan masih banyak lagi.
Meningkatnya potensi bencana akibat galian C pun dibenarkan oleh Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lombok Timur, Lalu Muliadi.
Menurutnya, potensi terjadi banjir meningkat apabila limbah tambang tidak diolah dan langsung dibuang ke saluran irigasi.
Berita Terkini:
- Pj Gubernur NTB Ajak Masyarakat Sambut Pesta Demokrasi dengan Riang Gembira
- Ribuan TPS di NTB Masuk Kategori Rawan, Bawaslu Minta Lakukan Antisipasi
- Iron – Edwin Puncaki Survei PUSPOLL di Pilkada Lombok Timur
- Pemkot Mataram Sebut Evaluasi Netralitas ASN Sesuai Aturan
“Limbah yang dibuang langsung itu akan menimbulkan sedimentasi pada saluran irigasi. Jadi seketika datang aliran deras, air tidak bisa dibendung, terjadilah banjir” kata Muliadi, Jumat, 12 Januari 2024.
Sementara, alih fungsi lahan hijau menjadi tambang MBLB ataupun galian C terhitung cukup banyak terjadi di Kabupaten Lombok Timur.
Namun sepanjang 2024, ungkap Muliadi, tidak pernah terjadi bencana alam besar yang mengancam jiwa.
“Selama tahun ini yang paling banyak terjadi adalah pohon tumbang dan masalah saluran irigasi,” ucapnya.
Kemudian memasuki anomali musim seperti saat ini, kata Muliadi, pihaknya selalu siaga untuk melakukan penanganan bencana. Baik itu berupa banjir, kekeringan, dan sebagainya.
“Pada musim apapun kita tetap siap dan siaga, terutama pada bagian personel,” ucapnya. (MKR)