Oleh: Budi Afandi
BELANDA 16/11/2023 – Semenjak ia kecil ibunya kerap berkata, “suatu ketika kau akan pergi jauh, terbang meninggalkan kami.” Ia sendiri tidak pernah mengerti: apa dan mengapa ibunya berkata demikian. Ia hanya tahu, jika ia bertanya, maka ibunya menjawab, “aku pernah bermimpi, kau menjelma ayam jantan lalu naik ke atap rumah sebelum kemudian terbang dan menghilang.”
Itu ‘kan mimpi. Mimpi yang tak pernah pantas dijadikan alasan atas apapun. Mimpi yang dengan sendiri hilang maknanya ketika kita-kita terbangun. Tidakkah begitu? Mimpi itu tidak pernah ia pikirkan sebagaimana mimpi-mimpi lainnya yang selalu terserat terangnya matahari pagi.
Pada tahun 2017 ia mendapat undangan menghadiri perkawinan kawannya di Batusangkar, Sumatera. Kawannya yang menikah itu sangatlah berkecukupan dan baik hati sehingga bersedia membelikannya tiket pesawat dan memberikan kamar inap di sebuah hotel.
Baca Juga : Rupiah Kian Perkasa, Pembukaan Perdagangan Tembus Rp15.400 per Dolar AS
Di antara hari-hari merayakan pernikahan itu, singgahlah ia bersama beberapa tamu lainnya ke sebuah rumah panggung, di mana tersimpan rapi sebuah batu ternama: Batusangkar.
Dikisahkan, jika seseorang memiliki keinginan dan menetapkan keinginan itu dalam hatinya, lalu mencoba menggeser atau menggerakkan batu itu, akan muncul kemungkinan-kemungkinan. Pertama jika keinginan itu nantinya tidak akan terwujud, maka batu tidak akan bergerak. Kemungkinan kedua adalah sebaliknya.
Maka disitulah ia, menunggu giliran setelah tamu-tamu lainnya. Ketika berhadap-hadapan dengan batu ternama itu, ia memantapkan dalam hati hal yang ia paling tidak inginkan dan paling tak masuk akal baginya saat itu. Sesuatu yang ia sendiri mengharapkannya tidak pernah terjadi. Setelah ia mantap, ia coba menggerakkan batu ternama itu.
Baca Juga : Beras Mahal, GGMU NTB Bantu Masyarakat Lewat Pasar Murah di Lombok Timur
