Bagaimana jika tetap deadlock?
Jika kondisi ini terjadi maka eksekutif terpaksa pakai Peraturan Gubernur (Pergub) untuk pelaksanaan APBD. “Tapi secara politik, legitimasi APBD 2024 di mata publik tidak kuat,” ujarnya mengingatkan.
Hindari tragedi high spending wish atau keinginan belanja tinggi, di tengah lemahnya kemandirian dan tingginya ketergantungan kepada pusat. “Itu kuncinya kalau APBD mau sehat,” tegasnya.
Dalam situasi tertentu, daftar tunggu belanja selalu lebih banyak dari pendapatan. Karena itu, harus ada skala prioritas. “Yang paling prioritas dulu dihitung, sesuai rangking kemendesakannya. Baru yang lain,” sarannya.
Berita Terkini:
- Survei PRESiSI: Elektabilitas Najmul – Kus Jauh Tinggalkan Dua Pesaingnya
- Survei SPIN: Elektabilitas Muchsin Effendi – Junaidi Arif Lewati Najmul – Kus di Pilkada Lombok Utara
- Enam Ekor Sapi Warga di Bima Tersambar Petir, Kerugian Capai Rp30 Juta
- Pengamat Prediksi AQUR akan Menang di Pilkada Kota Mataram
Win win solution menurut Hendriadi, bisa diterapkan pada pergeseran anggaran untuk memenuhi tambahan Pokir.
“Sesuai informasi dari sejumlah dewan. DPRD biasanya tidak akan mau bahas KUA PPAS dan RAPBD kalau anggaran Pokir, perjalanan dinas dan Sekretariat DPRD belum clear,” sebut Hendri.
“Jadi di sini alotnya. Tapi jika ada penambahan sedikit, biasanya lobi antar TAPD dengan pimpinan. Minimal dealnya 50 persen,” pungkasnya.