HEADLINE NEWSPolitik

DKPP Tunggu Laporan Terkait Tayangan KPU soal Survei Jelang Debat Pilgub NTB

Lombok Timur (NTBSatu) – Anggota Tim Pemeriksa Daerah Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (TPD DKPP), Syamsul Hidayat tidak bisa berkomentar terkait penayangan hasil survei menjelang debat ketiga Pilgub NTB pada Rabu, 20 November 2024 lalu.

Syamsul mengatakan, pihaknya sebagai pengadil tidak bisa mengadili sesuatu yang belum dilaporkan atau belum menjadi perkara.

Ia menyebut, pihaknya akan memproses keberatan tersebut apabila sudah ada pihak yang keberakan melaporkan.

“Kalau ada yang lapor, baru kami periksa, kami sidangkan, dan putuskan. Baru setelah itu kami bisa berkomentar,” ucap Syamsul kepada NTBSatu, Jumat, 22 November 2024.

“Kami tidak bisa mengomentari suatu perkara yang berpotensi menjadi perkara baru,” katanya.

Menurutnya, secara kode etik, memberikan komentar sebelum adanya putusan sama dengan membuat kesimpulan di depan atau terburu-buru.

Debat Ketiga Pilgub NTB 2024

Sebelumnya, debat ketiga Pilgub NTB 2024 disiarkan langsung melalui CNN Indonesia.

Dalam siaran CNN yang di-relay KPU NTB melalui channel YouTube-nya, sebelum debat mulai, pihak penyiar menampilkan hasil survei elektabilitas paslon Gubernur dan Wakil Gubernur NTB. Sekaligus sesi bincang-bincang dengan Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI), Djayadi Hanan.

Dalam tayangan berdurasi 2.15 detik itu, presenter CNN menanyakan peluang menang tiga kandidat Calon Gubernur dan Wakil Gubernur NTB.

Bahkan disebut rinci, dua di antaranya petahana, Zulkieflimansyah dan Sitti Rohmi Djalilah. Penantang dua figur incumbent itu adalah Lalu Muhammad Iqbal.

“Seberapa besar rekam jejak menjadi senjata untuk debat kali ini?” tanya presenter.

Djayadi Hanan melalui wawancara jarak jauh menanggapi, selain rekam jejak, faktor berpengaruh adalah hasil survei. Pemetaan yang LSI lakukan, dua petahana tersebut dikalahkan pendatang baru Lalu Muhammad Iqbal.

“Karena kalau berdasarkan hasil survei LSI pertengahan Oktober lalu, Calon Gubernur dan Calon Gubernur petahana itu ketinggalan, dibanding penantang mereka, Lalu Muhammad Iqbal,” jelas Djayadi Hanan.

Ia kemudian merinci, elektabilitas Lalu Muhammad Iqbal mencapai 33 persen, menyusul Rohmi–Firin 27 persen di posisi kedua. Posisi Zul–Uhel paling buncit, 21 sampai 22 persen.

Faktor yang membuat rendahnya elektabilitas Zulkieflimansyah sebagai petahana yakni, akibat menurunnya kepuasan masyarakat terhadap kinerja selama 5 tahun lalu. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button