Nilai-nilai kesopanan hingga etika yang semestinya dikedepankan untuk diterapkan dalam sekolah formal, mulai kehilangan arahnya.
Alumni Sosiologi Unram itu menilai, dengan diadopsinya nilai-nilai budaya di masing-masing daerah ke dalam pembelajaran moral siswa, setidaknya dapat meminimalisir tindakan kekerasan yang dilakukan oleh siswa.
“Saya kira harus itu, jadi kearifan lokal bisa menjadi kontrol sosial, sebab generasi sekarang kan sudah agak abai dengan nilai-nilai budaya, sudah mulai terputus transfer nilai dari orang tuanya,” paparnya.
Baca Juga : Strategi Relawan “Itejak” Menangkan Ganjar-Mahfud di NTB
Isnan sapaan akrabnya, mengatakan ke depannya harus ada lembaga ataupun kelompok yang menjadi jembatan dari transfer nilai-nilai budaya kearifan lokal ke dalam lingkungan sekolah.
Kemudian, ia menegaskan tugas sekolah itu bukan hanya melakukan tugas pembelajaran, akan tetapi harus menjadi tempat menanamkan karakter siswa.
“Menjembatani nilai-nilai kearifan lokal dengan sekolah formal. Tugasnya besar sekolah itu, bukan hanya menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran, pranata sosial yang sudah ada sebelumnya, harus terus kita gaungkan,” ucapnya.
Baca Juga : Guru di NTB Diingatkan soal Netralitas Jelang Pemilu