Kota Mataram

Sampah Berserakan di Pantai Loang Baloq dan Tanjung Karang, Pembersihan Terkendala Kepemilikan Lahan

Mataram (NTB Satu) – Tumpukan sampah terus menjadi masalah serius bagi destinasi wisata pantai di Kota Mataram, termasuk di Pantai Loang Baloq dan tetangganya, Pantai Tanjung Karang. Terpantau pada Senin, 23 Mei 2022, tumpukan sampah masih menghiasi sepanjang bibir kedua pantai tersebut. Terlebih pada saat momen perayaan Lebaran Topat, volume sampah di pantai tersebut meningkat signifikan, hingga mencapai 2 ton.

Tumpukan sampah itu sebagian besar berasal dari sampah warga Kota Mataram yang dikirim melalui Sungai Unus yang bermuara tepat di pantai tersebut. Sisanya berasal dari pengunjung yang berdatangan.

Kondisi tersebut tentu sangat mengganggu bagi para wisatawan yang ingin menikmati keindahan pantai. Terlebih bagi para pemancing, bukannya kail disantap ikan tapi malah disambar popok bayi.

“Sebenarnya itu datang dari sungai yang bermuara di sana, kalau dari pengunjung bisa dibilang tidak ada,” ungkap Kepala Dinas Pariwisata Kota Mataram, Denny Cahyadi, Senin, 23 Mei 2022.

Namun hal itu tak selalu berarti buruk bagi semua orang. Seperti pemulung benda bekas yang sering mengais benda plastik maupun aluminium yang dianggap berharga. Tumpukan sampah di pantai itu masih cukup potensial bagi mereka. Nantinya, hasil memulung tersebut dijual kepada pengepul dengan harga yang bervariasi.

IKLAN

Namun tetap saja, pantai tersebut adalah destinasi wisata yang harus tetap dijaga kebersihan. Terlebih, Taman Hiburan Rakyat (THR) Loang Baloq diproyeksikan menjadi salah satu pusat kegiatan pariwisata Kota Mataram. Karena pada destinasi tersebut banyak tersedia fasilitas pendukung, seperti panggung hiburan, gazebo, menara pandang, skate park, taman bermain anak-anak, dan sentra kuliner dan suvenir.

Sebagai solusi, Dinas Pariwisata Kota Mataram sedang merancang beberapa upaya, seperti memasang jaring pada jembatan Loang Baloq dan menugaskan alat berat untuk mengangkut sampah di muara tersebut.

“Kita sedang bekerjasama dengan Dinas Kebersihan agar alat beratnya selalu tersedia di Loang Baloq, nantinya paling tidak pembersihan seminggu sekali. Kalau pakai tenaga manusia sudah kewalahan, jadi harus pakai alat berat. Solusi kedua, dibuat jaring di Jembatan Loang Baloq , supaya sampahnya tidak mengalir lagi ke bibir pantai,” kata Denny.

Selain itu, ia mengaku ada perusahaan pengolahan sampah yang mangajak Dispar Kota Mataram untuk mengolah sampah yang tertimbun, organik maupun anorganik.

“Kemarin ada yang datang mencoba kerja sama dengan kita untuk pengolahan sampah di sana, dan diolah langsung di tempat. Jadi kita sediakan lahan sekitar setengah sampai 1 are,” ungkapnya kepada NTB Satu.

Satu hal yang menjadi kendala, wilayah bibir pantai di sekitar muara sungai itu ternyata bukan milik negara, melainkan milik sebuah perusahaan swasta. Sehingga akses untuk mengembangkan sesuatu di tempat tersebut menjadi terbatas. (RZK)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button