Mataram (NTB Satu)- Hutan mangrove selain berfungai untuk menahan ancaman abrasi di pesisir pantai, juga dapat dijadikan sumber produksi O2 (oksigen). Potensinya inilah yang menjadi daya tarik untuk dimanfaatkan sebagai komoditas komersil.
Luasan hutan mangrove di NTB saat ini sekitar 400 ribu hektar. Potensi terbesar terdapat di Gili Balu, Lombok Timur, Bima dan hutan mangrove yang dikelola oleh Pemprov NTB.
“Dinas Kelautan dan Dinas LHK sedang mematakan luasan wilayah yang akan di approve (disetujui) oleh pihak ketiga. Sudah ada Perusahaan dari Surabaya (Perusahaan,red) yang akan memanfaatkan hutan mangrove di NTB,” ungkap Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTB, Muslim belum lama ini.
Baca Juga:
- Balapan Sperma Pertama di Dunia akan Digelar, Cek Tanggalnya
- Peternak Menjerit, Ratusan Sapi Kurban Terancam Mati di Pelabuhan Gili Mas
- Harga Jagung Anjlok di Pulau Sumbawa, PWPM NTB Desak Gudang Nakal Disanksi
- Mahasiswa Sosiologi Unram Dukung Program Kemandirian Pemasyarakatan Melalui PKL di Bapas Kelas I Mataram
Sebagaimana informasi yang diterima, perusahaan asal Surabaya ini merupakan perusahaan yang menghasilkan emisi dari kegiatan usahanya. Mereka ingin melakukan kompensasi ekologi pada hutan mangrove di NTB. Mengingat potensi Sumber Daya Alam (SDA) di NTB cukup besar.
“Lokasi awal mereka minta di Teluk Bima, tapi belum jelas apakah jadi di sana atau ada lokasi yang lain,” katanya.
Indonesia diharapkan mampu menjadi paru-paru dunia dengan menyumbang 75 persen kredit karbon. Saat ini pemerintah sedang menggenjot penghutanan 2 juta hektar wilayah pesisir dengan penanaman mangrove. Serapan karbon telah menjadi komitmen dunia, sebagai upaya utama mengurangi emisi gas buang.