Dikatakan IJU bahwa para ulama penyebar Islam di negeri ini, sejak ratusan tahun sebelum masa kemerdekaan RI. Diketahui telah mengajarkan pemahaman tentang pentingnya menjaga kebersamaan dalam keberagaman.
Pentingnya tata cara hidup dalam kaidah-kaidah Keislaman yang sangat mampu membaur dengan kebudayaan masyarakat yang sudah ada, jauh sebelum ajaran Islam masuk.
Baca Juga:
- Zul-Uhel Berdayakan UMKM Lokal untuk Logistik Pilgub NTB
- Berkunjung ke Wilayah Timut Sumbawa, Haji Mo Dapat Curhatan soal Perbaiki Jalan dari : Tahun Depan Sudah Mulus
- Iqbal-Dinda Tunjukkan Keberpihakan ke Pemilih Pemula, Adhar Hakim: Kami Sangat Mengistimewakan Mereka
- Tiga Kontainer Logistik Zul-Uhel Tiba di Mataram, Sambirang Ahmadi: Siap Hadapi “Pertempuran” Pilgub NTB
Landasan pemikiran yang diajarkan turun-temurun kepada para santri pondok pesantren, yang kemudian tersambung menjadi cikal bakal pemikiran para pendiri bangsa di era kemerdekaan. Bahkan menjadi bagian penting dari dasar konsep berjalanya roda pemerintahan Indonesia hingga saat ini.
“Gus Dur pernah berkata ‘Kyai Hasan Besari merupakan monumen berpadunya antara Islam dan Nasionalisme’. Beliau pandai dalam berbagai keilmuan, diantaranya agama (tasawuf), ketatanegaraan, strategi perang dan kesusastraan. Sehingga beliau dikenal banyak orang dari penjuru nusantara. Mereka berduyun-duyun menimba ilmu kepadanya,” ungkap IJU yang dikenal hobi menimba ilmu sejarah dari berbagai sumber itu.