Lombok Tengah

Hati-hati, Embung Bidadari yang Viral Itu Tak Layak Dipakai Mandi, Ini Alasannya

Mataram (NTB Satu) – Baru-baru ini, masyarakat Pulau Lombok dibikin heboh dengan keberadaan kolam yang diberi nama Embung Bidadari. Konon katanya, Embung Bidadari itu dipercaya dapat menyembuhkan banyak jenis penyakit.

Pada awalnya, Embung Bidadari dipercaya memiliki khasiat jitu setelah beberapa warga melihat benda turun dari langit. Bersamaan dengan itu seketika air yang terdapat di sana terangkat ke daratan hingga tak tersisa. Kemudian, saat warga mengucapkan kalimat yang seakan berdoa, air itu pun kembali turun seperti sediakala.

Peristiwa yang terjadi pada akhir Mei 2022 membuat masyarakat yang menyaksikan sontak dibuat kaget lalu mempercayai bahwa Embung Bidadari mampu mengobati segala jenis penyakit.

Hal tersebut, membuat orang ramai-ramai berkunjung ke Embung Bidadari yang terletak di Dusun Melati, Desa Saba, Kecamatan Janapria, Kabupaten Lombok Tengah.

Namun, kecurigaan mengenai kualitas air yang terdapat di Embung Bidadari mulai mencuat setelah orang ramai-ramai berkunjung.

IKLAN

Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB, dr. H. Lalu Hamzi Fikri MM.MARS mengatakan pihaknya telah mengunjungi Embung Bidadari untuk memeriksa langsung kolam yang banyak dipakai untuk mandi tersebut.

Berdasarkan temuan Dinas Kesehatan NTB yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Lombok Tengah, secara fisik air di Embung Bidadari tidak memenuhi syarat untuk menjadi lokasi mandi, apalagi diminum. Pasalnya, air yang berada di Embung Bidadari cukup berwarna, kemudian berbau, dan memiliki kadar Escherichia Coli atau E-Coli.

“Pada 17 Agustus 2022, kami telah bertandang menuju Embung Bidadari, untuk bertemu dengan Kepala Desa Sabe, serta melakukan inspeksi sanitasi dan mengambil sejumlah sampel air bersama Dinas Kesehatan Lombok Tengah,” ungkap Fikri, dihubungi NTB Satu, Sabtu, 20 Agustus 2022.

Escherichia coli merupakan bakteri berbentuk batang bersifat Gram-negatif, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan merupakan flora alami pada usus mamalia.

“Apabila warga memaksakan diri untuk mandi, harus diwaspadai dampak yang akan terjadi seperti, gatal-gatal, diare, conjungtivitis, serta penyakit lingkungan lainnya,” papar Fikri.

Dalam mengatasi sanitasi, Dinas Kesehatan NTB telah bersepakat dengan para pemilik lahan dan kepala desa untuk membuat jamban di Embung Bidadari menggunakan alat cetak jamban berupa buis beton dan dudukan kloset.

“Masyarakat pun perlu diberi edukasi dengan melibatkan tokoh lintas sektor, seperti pemerintah, tokoh agama dan masyarakat, serta wartawan bersama lapisan masyarakat lainnya agar orang-orang makin mengetahui hal yang benar,” pungkas Fikri. (GSR)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button