Pembayaran denda ekspor ini akan masuk langsung ke kas negara dalam bentuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Pembangunan smelter AMNT dikerjakan China Nonferrous Metal Industry’s Foreign Engineering and Construction Co., Ltd. (NFC) dan PT. PIL Indonesia. Smelter yang dibangun kapasitasnya lebih kecil dari rencana awal 1,3 juta ton per tahun menjadi 900 ribu ton per tahun.
Pembangunan smelter AMNT ditargetkan tuntas pada 2024 mendatang. Saat ini, kata Sahdan, aktivitas pembangunan smelter sedang dikebut di lapangan. Kawasan Maluk yang dulunya sepi, sekarang mulai hidup lagi.
Baca Juga:
- Survei PRESiSI: Elektabilitas Najmul – Kus Jauh Tinggalkan Dua Pesaingnya
- Survei SPIN: Elektabilitas Muchsin Effendi – Junaidi Arif Lewati Najmul – Kus di Pilkada Lombok Utara
- Enam Ekor Sapi Warga di Bima Tersambar Petir, Kerugian Capai Rp30 Juta
- Pengamat Prediksi AQUR akan Menang di Pilkada Kota Mataram
“Smelter ini mulai ngebut bekerja pada November 2022. Kalau tidak ada halangan, Desember 2024 sudah selesai dibangun,” ungkap Sahdan.
Sementara Presiden Direktur PT AMNT, Rachmat Makkasau mengatakan, pembangunan smelter di Batu Hijau, Kabupaten Sumbawa Barat,
Nusa Tenggara Barat yang diperkirakan menelan biaya investasi 982 juta dolar AS atau setara Rp14,7 triliun.
Proyek smelter Batu Hijau diproyeksikan memiliki kapasitas produksi 222.000 ton katoda tembaga. Selain itu, smelter nantinya menghasilkan 17,8 ton emas, 54,7 ton perak dan 830.000 asam sulfat.
Sebelumnya juru bicara AMNT Kartika Oktaviana mengungkap, Covid-19 salah satu faktor molornya pengerjenaan Smelter. Apalagi suplai material untuk konstruksi utama Smelter didatangkan dari China, sumber wabah Covid 19 yang memicu lockdown.
(MYM)