BERITA NASIONAL

Pertanyaan-pertanyaan untuk Diajeng Aulya Sekartaji, Simbol Pendidikan dan Kecantikan NTB 2023

G: Kenapa Diajeng memilih membawa isu advokasi pendidikan anak pedalaman? Apa pentingnya isu advokasi tersebut?

D: Saya menaruh perhatian akan isu advokasi pendidikan anak pedalaman sejak berkuliah pada program studi Kehutanan di Universitas Mataram. Selama berkuliah, saya kerap berinteraksi dengan anak-anak dan petani di daerah pedalaman. Sejak saat itu, saya mulai prihatin terhadap kendala dan segala sesuatu yang tidak dimiliki oleh anak-anak pedalaman. Maka, saya memutuskan untuk bergabung dengan 1000 Guru Lombok. Di sana, saya menjabat sebagai Project Manager. Di 1000 Guru Lombok, kami tidak hanya mengajari anak-anak untuk belajar, melainkan mengajak jalan-jalan ke berbagai daerah yang memiliki potensi daya wisata menarik. Saya mulai berkuliah sejak 2017 hingga 2021.

Baca Juga:

Ary Juliyant dan Lagu-lagu Anomali
Saat Paris Hasan Bicara “Apple ‘N Snake” dan Manajemen Musik di Lombok

G: Apakah memilih isu advokasi pendidikan anak pedalaman turut dipengaruhi nilai literasi NTB yang oleh sebagian pihak masih dinilai rendah?

D: Iya. Saya menjadi lebih sadar bahwa isu advokasi pendidikan anak pedalaman sangatlah penting lantaran NTB merupakan salah satu provinsi yang memiliki nilai literasi cukup rendah. Saya sadar bahwa anak-anak muda harus menciptakan langkah yang baik untuk NTB. Membawa isu pendidikan anak pedalaman pada Puteri Indonesia 2023 adalah bentuk bakti paling sederhana dari saya untuk NTB.

G: Pulau Lombok memiliki banyak daerah pedalaman. Kemudian, daerah mana yang membuat Diajeng sadar bahwa isu advokasi pendidikan anak pedalaman menjadi penting?

D: Saya banyak melaksanakan kegiatan praktikum di wilayah Senaru, Kabupaten Lombok Utara. Wilayah Senaru adalah daerah yang membuat saya sadar bahwa isu advokasi pendidikan anak pedalaman menjadi sangat penting.

G: Siapa yang membuat Diajeng sadar bahwa isu advokasi anak pedalaman menjadi sangat penting?

D: Tidak ada, kecuali diri saya sendiri. Karena, pada 2018, Pulau Lombok diguncang gempa bumi yang cukup menggemparkan. Bahkan, terdapat peringatan untuk bahaya dini akan tsunami. Pada saat itu, saya mengikuti berbagai kegiatan yang membantu para korban gempa di beberapa daerah, mulai dari Obel-obel, Gangga, dan lain-lain. Saat membantu anak-anak korban gempa bumi, saya menjadi dekat dengan mereka. Kemudian, peristiwa itu menampakkan kepada saya bahwa literasi untuk anak-anak pedalaman memang masih sangat kurang. Selain itu, saya pernah membintangi sebuah video musik yang keuntungannya akan digunakan untuk berdonasi kepada anak-anak pedalaman. Itulah dua peristiwa yang memantik kesadaran saya bahwa literasi sangat penting, terutama untuk anak-anak pedalaman.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Berita Terkait

Back to top button