Musik

Ary Juliyant dan Lagu-lagu Anomali

Mataram (NTB Satu) – Musisi, Ary Juliyant bersama sejumlah seniman kolektif menggelar “The Troubadour’s Trail 2023”, Pentas Presentasi Lagu-lagu Anomali Ary Juliyant, 18 Mei 2023 di Kopityang, Cakranegara, Kota Mataram.

NTB Satu berkesempatan untuk mewawancarai Ary Juliyant secara khusus setelah presentasi lagu-lagu anomalinya. NTB Satu mengajak Anda untuk menyimak wawancara khusus Gilang Sakti Ramadhan dengan Ary Juliyant perihal serba-serbi Pentas Presentasi Lagu-lagu Anomali Ary Juliyant.

G: Apa yang melatarbelakangi Ary Juliyant menyanyikan lagu-lagu anomali?
A: Saya punya rasa penasaran terhadap respons para penyimak lagu-lagu Ary Juliyant. Jadi, saya menyanyikan lagu-lagu anomali ini, semacam ingin cek ombak saja. Saya menduga, beberapa karya Ary Juliyant sulit dicerna oleh telinga masyarakat awam. Hal itulah yang kemudian melatarbelakangi saya menyanyikan lagu-lagu anomali.

G: Apakah Ary Juliyant hanya ingin mengetahui respons penyimak atau ada hal lain yang turut memengaruhi?
A: Saya kira, tidak terbatas pada respons penyimak saja, bisa berupa apapun. Bahkan, saya juga ingin mengetahui pertanyaan-pertanyaan yang muncul di pikiran para penyimak lagu-lagu Ary Juliyant. Saya ingin melihat lagu-lagu Ary Juliyant, namun dari kacamata yang berbeda.

G: Apakah menyanyikan lagu-lagu anomali ini baru pertama kali dilakukan oleh Ary Juliyant?
A: Tidak. Saya sudah menyanyikan lagu-lagu anomali pada lima acara yang lokasinya berbeda-beda. Saya pernah menyanyikan lagu-lagu anomali di Ruang Tumbuh Merdeka, Artcoffeelago, Lombok Care, rumah seorang kawan, Bale Berayan, dan diakhiri di Kopityang. Acara menyanyikan lagu-lagu anomali Ary Juliyant, sebenarnya merupakan akumulasi dari pikiran yang telah dilalui. Dalam dua tahun belakangan ini, saya menyadari mengenai adanya lagu-lagu yang sudah dibuat, namun belum diapa-apakan. Jadi, saya mencoba untuk mengambil benang merah dari lagu-lagu yang belum diapa-apakan itu. Maka, terciptalah acara menyanyikan lagu-lagu anomali Ary Juliyant.

G: Setelah Ary Juliyant merajut benang merah itu, apa yang ternyata terjadi?
A: Selama ini, lagu-lagu yang saya anggap anomali, ternyata tidak anomali juga. Bisa jadi, saya belum mengeluarkan seluruh karya. Bisa jadi, lagu-lagu saya yang sebelumnya merupakan lagu-lagu yang anomali.

G: Bagaimana Ary Juliyant merespons komentar Kiki Sulistyo yang menyebut lagu-lagu anomali yang dinyanyikan adalah lagu-lagu yang cenderung biasa-biasa saja?
A: Saya tertarik, ha ha ha.

G: Kenapa?
A: Karena, saya akhirnya mendapatkan respons dari penonton, persis seperti yang telah dikatakan tadi.

G: Kenapa Ary Juliyant menyebutkan beberapa lagu sebagai anomali, apakah hanya lantaran jarang didengar oleh para penyimak?
A: “Lagu-lagu Anomali” adalah judul secara garis besar saja. Saya sebenarnya menyadari bahwa beberapa lagu yang saya nyanyikan di acara presentasi lagu-lagu anomali Ary Juliyant, tidak semuanya anomali. Judul anomali itu sebenarnya hendak mencoba menerka respons penyimak saja.

G: Siapa yang memengaruhi Ary Juliyant menyanyikan lagu-lagu anomali?
A: Saya telah mendengarkan banyak referensi yang mungkin tidak biasa. Bahkan, ada beberapa jenis lagu yang freejazz, kontemporer, soundscape, atau bahkan lagu-lagu yang tidak jelas. Saya melakukan eksplorasi terhadap banyak hal yang kemudian membuat gelisah. Setelah menemukan berbagai referensi, saya selalu mencoba melakukan eksperimen.

G: Boleh disebutkan siapa saja musisi-musisi yang tidak biasa itu?
A: Contohnya, Oregon dan Bobby McFerrin. Karena sering tampil solo, saya senang membuat hal minimalis menjadi sesuatu. Saya menyesuaikan berbagai referensi yang ada dengan kapasitas personal. Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk per satu lagu. Saya mempercayai bahwa lagu-lagu yang telah didengar, pasti memiliki pengaruh terhadap karya personal.

G: Sejak kapan kesadaran menyanyikan lagu-lagu anomali ini bertumbuh?
A: Sebenarnya, sejak saya membuat album-album yang mungkin secara isi telah bergeser, lebih tepatnya 1995. Ketika saya membuat lagu dari era 1988 hingga 1995, belum terdapat unsur anomali. Namun, di sela-sela itu, sebenarnya saya telah membuat karya yang anomali. Hanya saja, tidak dalam jumlah yang banyak.

G: Bagaimana Ary Juliyant memandang lagu-lagu anomalinya, apakah sama dengan lagu-lagu yang non-anomali?
A: Sekali lagi, anomali hanyalah istilah belaka. Jadi, kalaupun ada orang yang menganggap lagu-lagu anomali yang dinyanyikan Ary Juliyant bukanlah anomali, ya, tidak apa-apa. Selama ini, saya jarang melihat konsep pertunjukan yang menyanyikan lagu-lagu anomali. Saya menggunakan istilah anomali untuk mempermudah saja. Hal tersebut persis manakala saya menyebut karya-karya Ary Juliyant adalah musik yang sesat. Karena, ketika para pendengar mendapatkan istilah sesat, maka mereka tidak akan memiliki pertanyaan lanjutan. Menurut saya, berkesenian itu tidak dibatasi oleh aturan-aturan yang sudah ada. Saya percaya bahwa berkarya akan kembali kepada insting manusia.

G: Kalaupun Ary Juliyant percaya bahwa berkarya adalah insting manusia, lalu bagaimana Ary Juliyant memandang proses bersekolah seni?
A: Ketika ukuran-ukuran akademis ada, saya percaya bahwa itu adalah proses setelah manusia mempelajari kebiasaan-kebiasaan dari proses yang telah berlangsung secara otodidak. Menurut saya, orang-orang sering mengabaikan bahwa manusia harus kembali kepada dirinya sendiri atau situasi di mana seorang manusia lahir tanpa aturan. Sebagaimana bayi, karya harus senantiasa dijaga. Suatu karya harus dimengerti, baik jelek maupun bagus. Biarkan sebuah karya tumbuh. Siapa tahu, karya itu akan menjadi stimulan bagi orang lain untuk membuat karya baru.

Demikianlah, hasil wawancara khusus Gilang Sakti Ramadhan dengan Ary Juliyant perihal serba-serbi Pentas Presentasi Lagu-lagu Anomali Ary Juliyant. Pada 2 hingga 4 Juni 2023 mendatang, Ary Juliyant akan tampil dalam acara Ubud Folkfest di Bali. (GSR)


Lihat juga:

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button