ISU SENTRALMusik

Menakar Pengaruh Musisi Mendongkrak Popularitas Politisi

Mataram (NTBSatu) – Slank, Band papan atas tanah air itu baru-baru ini telah mendeklarasikan dukungannya terhadap pasangan calon nomor urut 3, Ganjar-Mahfud.

Kubu lain juga mendapatkan dukungan dari para musisi seperti halnya Anies-Cak Imin menggandeng diva, Reza Artamevia dan penyanyi dangdut, Iyeth Bustami.

Sementara musisi kenamaan Ahmad Dani dan Pasha “Ungu”, terang-terangan mendukung Paslon nomor urut 2, Prabowo – Gibran.

Menengok realitas ini di daerah, nyatanya pamor para musisi lokal juga digunakan untuk membantu meraih dukungan pemilih dalam pemilu 2024.

Pamela Paganini, salah satu Musisi Asal Lombok Tengah, mengungkapkan, peran musisi cukup besar dalam membantu meraih dukungan pemilih dalam pemilu 2024 ini.

Ia melihat fenomena banyaknya musisi yang terlibat politik praktis dan menggunakan fans mereka untuk menggiring pemilih mendukung paslon tertentu, sah-sah saja.

Namun, dirinya tak menampik, akan ada permasalahan yang timbul jika terdapat bias antara orientasi politik dan orientasi ideologi berkarya si Musisi kalau dikaitkan dengan politik praktis.

Baca Juga: Keindahan Alam yang Mempesona Jadi Daya Tarik Investor Berinvestasi di NTB

“Nyatanya, politik praktis yang dilakukan oleh musisi populer juga memberi pengaruh besar terhadap marketing politik dari paslon tertentu,” ujarnya pada NTBSatu, Selasa 23 Januari 2024.

Popularitas musisi yang kini semakin mudah diukur dengan adanya data-data yang tersedia di platform musik digital atau media sosial, semakin menjanjikan tingkat kepastian pengaruh dari kampanye politik yang melibatkan musisi tersebut.

Hal ini juga didukung oleh pernyataan Mollie Farrell, Direktur Hubungan Artis HeadCount, di Amerika Serikat, di mana musisi dengan penggemar fanatiknya turut memberikan pengaruh besar dalam meningkatkan suara sebesar 75 persen.

Menurut Pamela, melihat dari perspektif efektivitas kampanye politik di Indonesia, yang hanya “memanfaatkan” popularitas musisi, dari dulu memang lumrah terjadi.

“Faktanya, walaupun musisi tersebut tidak mendalami perihal paslon ataupun parpol yang didukungnya, ya sudah, gak apa-apa, toh yang diinginkan mereka bahwa musisi ini terkenal saja sudah cukup,” ungkapnya.

Akan tetapi, beberapa musisi yang dikenal lewat karya-karyanya kerap menyuarakan isu perlawanan terhadap pemerintahan, mengadvokasi kelompok tertindas atau minoritas, alias Idealis, tentu mendapat tekanan yang besar bila mereka terlibat dalam politik praktis.

“Masyarakat akan menyaksikannya sebagai fenomena yang ironis serta inkonsistensi dari musisi tersebut,” kata dara kelahiran 2001 ini.

Baca Juga: Pemprov NTB Tanggapi Penolakan Penutupan TPAR Kebon Kongok

1 2Laman berikutnya

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button