Hari ini, seharusnya Muhammad Nurhadi menjadi ayah yang sedang bahagia. Menimang bayinya yang lahir belum genap sebulan. Tapi takdir Polisi muda berpangkat Brigadir ini harus berakhir di kolam privat sebuah vila di Gili Trawangan, Lombok Utara. Kematiannya misterius dan memicu sejumlah spekulasi. Setidaknya 7 kejanggalan membuat Kelompok masyarakat sipil mendesak Polda NTB mengusut secara transparan kasus ini.
Bocah polos usia 4 tahun itu menatap sesosok tubuh yang terbujur kaku, dikelilingi sejumlah orang. Tak ada tangis meratap.
Ia hanya heran, melihat tubuh ayahnya dibolak balik dibalur air. Sesekali ia bertanya kepada orang sekitar yang sedang sibuk memandikan jenazah.
“Itu bapak saya mau diapain?,” tanya bocah itu dari atas gendongan pamannya, Kamis 17 April 2025.
Taufiq Mardanu, salah satu pemandi jenazah menjawab dengan nada berat menahan sedih.
“Mau dimandiin nak,” jawab Taufiq.
“Terus mau diapain?,” bocah itu kembali mencecar.
“Mau dikubur,” jawab Taufiq sekenanya. Tapi si bocah bertanya lagi.
“Kapan ayah bangun?”
Mendengar pertanyaan lanjutan ini, air mata Taufiq Mardanu nyaris tumpah.
“Saya langsung sedih dengar dia tanya begitu,” lanjut Taufiq, Kamis 24 April 2025, menceritakan suasana batinnya ketika memandikan jenazah Nurhadi.
Kehilangan Sosok Sederhana

Bocah itu adalah anak pertama Nurhadi, dari pernikahannya dengan Elma Agustina. Anak keduanya baru lahir, belum genap sebulan. Usianya masih 45 hari. Mereka sehari hari tinggal di gang kecil perkampungan Dusun Lendang Re, Desa Sembung, Kecamatan Narmada Lombok Barat.
Nurhadi hidup sederhana bersama mertuanya. Orang orang kampung mengenal Nurhadi sebagai sosok pendiam. Hanya bicara seperlunya. “Dia tidak merokok, apalagi minum minuman keras,” kata Rahim yang rumahnya selemparan batu dari kediaman korban.
Warga di perkampungan bertanya tanya setelah mendapat kabar mengejutkan kematian Nurhadi. Apalagi, kabar kematiannya karena tenggelam di kolam dangkal dengan tinggi permukaan 1,2 meter. “Mustahil almarhum ndak bisa renang, kan dia lulus Polisi. Syarat wajib kan bisa renang,” sambung Rahim heran.
Kesaksian Pemandi Jenazah
Keheranan juga menggelanyut di benak warga yang mengurus jenazah. Sekitar 7 orang yang memandikan jenazah, bertanya-tanya dengan kondisi tubuh almarhum. Tidak normal untuk ukuran kematian yang wajar.
Taufiq Mardanu mengungkap kejanggalan itu saat ikut memandikan jenazah. Ada sejumlah memar di alas mata sebelah kanan korban. Luka tersebut masih mengeluarkan darah, bahkan setelah ia mandikan.
“Mata sebelah kanan luka pas di bawah alis mata. Kayak memar, tapi terus keluar darah. Sampai habis memandikan keluar darah,” ujar Taufiq.
Selain itu, terdapat lebam di tengkuk atau belakang leher jenazah. “Kayak memar gitu,” sebutnya.

Taufiq tak sempat menghitung. Tapi luka memar itu cukup banyak. Padahal jenazah belum proses bedah untuk autopsi.
“Pinggang juga memar, sama jari-jari kakinya, punggung kaki luka sobek. Lututnya juga memar,” lanjut Taufiq.
Paling mengherankan, darah terus mengalir dari hidung korban. Padahal usia jenazah sudah lebih dari 1 x 24 jam.
Kapan Papa Pulang?
Tembakan Salvo memecah suasana hening di pemakaman Dusun Jelojok Desa Sembung, Kecamatan Narmada, Kamis 17 April 2025. Letusan dari senjata laras panjang sekitar lima personel Polisi, menandai penghormatan terakhir kepada Brigadir Nurhadi.
Anak pertama almarhum hadir di sekitar pemakaman. Dalam gendongan pamannya, Ramli, bocah ini memperlihatkan sisi polosnya. Melihat suasana sekitarnya tanpa ekspresi.
Dan sejak pemakaman itu, setiap malam si bocah bertanya, kenapa ayahnya belum pulang.
“Kapan papa pulang?. Kapan papa pulang?,” kata Wati menirukan tanya keponakannya itu. Setiap yang mendengar, air matanya tak terbendung. Termasuk Wati.
Wati juga merasakan aura haru saat prosesi pemakaman. Sejumlah personel polisi yang satu angkatan almarhum tak mampu membendung sedih. Wati heran, karena baru kali ini melihat polisi menetaskan air mata.

Tradisi masyarakat biasanya membicarakan kenangan kenangan baik mayit yang baru saja melalui proses pemakaman.
Tapi untuk peristiwa ini, justeru yang ramai adalah kecurigaan tabir kematian Nurhadi. Apakah mendapat luka kekerasan? Lalu apa motifnya pembunuhan? Jika tenggelam, apakah semudah itu kematiannya? Jika over dosis, almarhum tak punya riwayat bersentuhan dengan narkotika.