Mataram (NTB Satu) – Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) NTB terus menghasilkan beragam inovasi untuk menyukseskan misi NTB Zero Waste dan NTB Zero Emissions 2050. Beberapa waktu lalu, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan NTB telah melaksanakan Gebyar Pilah Sampah, acara yang melibatkan banyak pegiat lingkungan dalam memberi edukasi kepada masyarakat luas. Block Solutions adalah salah satu unit yang terlibat dalam gelaran tersebut.
“Pada acara Gebyar Pilah Sampah, Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) NTB mengundang kami untuk berpartisipasi. Kami menilai, acara Gebyar Pilah Sampah sangatlah berguna bagi masyarakat NTB untuk menyuarakan bahwa sampah mengandung nilai guna. Sampah dapat memantik nilai sirkuler ekonomi,” ujar Project Manager Block Solutions, Deswandy, Kamis, 2 Maret 2023.
Sebelumnya, Block Solutions telah bekerja sama dengan Pemprov NTB untuk membangun sekolah dan rumah yang terdampak gempa pada tahun 2018. Pada saat itu, Block Solutions hanya memberikan bantuan dalam jumlah yang sedikit.
Kini, Block Solutions telah memasuki fase pembangunan pabrik yang berlokasi di Kantor BRIDA NTB. Block Solutions menggunakan sampah dari NTB untuk memproduksi barang bermanfaat bagi masyarakat NTB.
“Progres pembangunan pabrik Block Solutions telah mencapai 30 persen. Kami merencanakan agar pabrik tersebut rampung pada Juni tahun 2023 mendatang,” ungkap Deswandy.
Pada awalnya, Block Solutions mengimpor produk plastik pengganti bata dari Finlandia. Kemudian, atas permintaan Pemprov NTB, Block Solutions memproduksi secara mandiri produk tersebut. Pada tahun 2019 hingga 2020, Block Solutions memulai operasi.
“Block berbahan dasar sampah plastik yang telah terdaur ulang. Kemudian, kami mengolah sampah menjadi biji plastik. Biji plastik itu akan dimasukkan ke dalam mesin injeksi untuk dicetak menjadi block,” terang Deswandy.
Saat ini, Block Solutions telah memiliki desain rumah bertipe 32, 36, 45, dan 54. Rata-rata, setiap rumah membutuhkan sekitar 685 block. Setiap block memiliki ukurannya masing-masing, yaitu 80cm, 40cm, 20cm, dan 10cm.
Karena pabrik Block Solutions belum selesai terbangun, Deswandy belum dapat memberikan informasi soal biaya yang dibutuhkan untuk membangun satu rumah. Apabila pabrik telah terbangun, ia akan segera memberikan informasi.
“Kami mengharapkan agar setiap masyarakat NTB dapat terlibat dalam urusan tata kelola sampah di daerahnya. Karena, sampah adalah musuh untuk seluruh makhluk hidup. Terlebih plastik, jenis sampah yang membutuhkan waktu sangat lama untuk musnah,” papar Deswandy.
Menurut Deswandy, masyarakat harus memilah sampah sejak dari rumah, baik organik maupun anorganik. Selain itu, masyarakat juga harus sadar bahwa sampah dapat dijual kepada para pengepul.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan NTB, Julmansyah S.Hut., M.Ap., mengatakan, Gebyar Pilah Sampah adalah edukasi untuk menguatkan pikiran tata kelola soal sampah yang dapat membuat NTB Bebas Emisi pada tahun 2050 makin nyata untuk diraih.
Selain itu, Gebyar Pilah Sampah adalah acara yang melibatkan pengunjung dalam skala yang banyak. Gelaran tersebut hendak memperlihatkan soal betapa beragamnya praktik-praktik pengelolaan sampah yang dapat menjadi strategi menyukseskan NTB Zero Waste.
“Di dalam acara ini, ada 40 pihak yang terlibat, yaitu komunitas, sekolah, dan kelompok yang memiliki strategi tersendiri untuk mengelola sampah di tempatnya masing-masing. Saya melihat bahwa 40 pihak tersebut telah dapat menjadikan sampah sebagai sumber daya utama untuk mencukupi kehidupan,” ungkap Julmansyah.
Julmansyah memilih banyak jenis tata kelola sampah agar masyarakat yang hadir dapat melihat dan meniru aneka jenis pengelolaan sampah yang ada di dalam Gebyar Pilah Sampah. Ia mengharapkan agar spirit mengenai sampah adalah sumber daya dapat ditularkan kepada masyarakat luas.
Disinggung mengenai keterlibatan siswa-siswi di Gebyar Pilah Sampah, Julmansyah menjawab, siswa-siswi yang hadir di dalam Gebyar Pilah Sampah kelak akan menjadi dewasa. Dengan pengetahuan yang benar soal tata kelola sampah, maka siswa-siswi tersebut akan menjadi orang tua yang dapat mengajarkan soal penanganan sampah yang baik di masa depan. Dinas LHK NTB telah mengarahkan agar siswa-siswi di NTB dapat bermitra dengan Bank Sampah yang ada di sekitar sekolahnya.
“Kami mengharapkan agar gerakan pemilahan sampah berbasis sekolah dapat menjadi hal yang baik dan ditiru oleh masyarakat NTB. Dengan melibatkan 3000 siswa-siswi, saya mengharapkan gaung dari Gebyar Pilah Sampah dapat menyebar hingga ke daerah yang paling jauh di NTB, atau daerah-daerah yang belum data mengikuti acara,” pungkas Julmansyah. (GSR)