Mataram (NTB Satu) – Kota Mataram dilanda hujan lebat sejak Minggu, 12 Februari 2023 sore sampai Senin siang. Hujan yang diikuti dengan angin kencang membuat dua sekolah di Ampenan terdampak. Sekolah yang terdampak yaitu SDN 21 Ampenan dan SDN 47 Ampenan.
Hal tersebut dibenarkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Mataram, Yusuf, S.Pd., saat dihubungi pada Selasa, 14 Februari 2023. “Ada 2 sekolah saja karena dekat dengan pantai,” jelasnya.
NTB Satu langsung memantau ke SDN 21 Ampenan dan SDN 47 Ampenan untuk melihat kondisi genangan air.
“Kemarin, hujannya sehari semalam dan durasinya cukup lama yang menyebabkan selokan di sekitar sekolah menjadi mampet sehinga airnya meluap dan kondisi sekolah berada lebih rendah, jadinya air masuk ke halaman sekolah,” ungkap Kepala SDN 21 Ampenan, Baiq Istiarini, S.Pd., pada Selasa 14 Februari 2023.
Hingga Selasa pagi, genangan air yang ada di kedua sekolah tersebut masih tergenang dan mengakibatkan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) terganggu.
“Kegiatan setiap Selasa pagi yang biasa kami lakukan, yaitu senam pagi, tidak bisa dilakukan karena air masih tergenang. Kalau pembelajaran tetap dilakukan, namun tidak sesempurna hari biasa karena tadi pagi para guru dan anak-anak membersihkan ruang kelas dahulu baru belajar,” jelas Istiarini.
Dari pantauan NTB Satu, genangan air di SDN 21 Ampenan telah surut di atas pukul jam 10 pagi. Namun, pada waktu yang sama, air masih tergenang di SDN 47 Mataram.
“Kondisi ini sudah lebih dari seminggu, sejak Senin minggu lalu dan besarnya di hari Jumat sampai sekarang. Sempat surut, tetapi hujan lagi sehingga airnya naik lagi,” ungkap Kepala SDN 47 Ampenan, Siti Khaironi, S.Ag., saat ditemui di sekolah.
Siti menjelaskan, dampak dari genangan air yang ada di sekolahnya menyebabkan anak muridnya tidak bisa berkosentrasi belajar.
“Anak-anak tidak bisa berkosentrasi belajar seperti hari biasa karena dengan keadaan air seperti ini mereka ke sekolah menggunakan sandal dan jika dipakai di dalam kelas akan becek sehingga tidak nyaman,” jelas Siti.
Tidak hanya itu, beberapa siswa di SDN 47 Mataram juga mengalami gatal-gatal pada kaki dan mengeluh sakit perut.
“Kemarin, kondisinya ada yang kakinya gatal, mengeluh sakit perut karena dingin dan masuk angin, dan ada yang jatuh karena licin. Sehingga untuk meminimalisir itu, kami diarahkan oleh pengawas kecamatan ampenan untuk kelas 1, 2, dan 3 belajar di rumah dengan diberikan tugas,” ujar Siti.
Saran serupa juga disampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Mataram, Yusuf, S.Pd. Menurutnya, untuk menghadapi cuaca ekstrem, kepala sekolah disarankan berani mengambil sikap adaptif untuk melaksanakan KBM di sekolah.
“Pandemi mengajarkan pembelajaran dengan sistem blandead learning, kami menyarankan agar sekolah melaksanakan pembelajaran secara daring untuk menjaga keamanan dan kenyamaan. Namun, jika terasa berat karena alasan kuota maka boleh menggunakan sistem penugasan,” ungkap Yusuf.
Kedua kepala sekolah tersebut berharap, genangan air yang terjadi pada saat ini, tidak terjadi setiap tahun dan meminta pemangku kebijakan untuk membantu membenahi sekolah.
“Kami berharap nanti solusinya dari pemangku kebijakan yang lebih atas karena kalau hanya mengandalkan dana sekolah untuk penyedotan hanya solusi sementara, sehingga mungkin diberikan pengurugan tanah atau semacamnya agar tidak terjadi genangan,” tambah Siti.
Sedangkan, Istiarini menyampaikan, jika pengurugan tanah biayanya cukup besar, bisa diantisipasi dengan pembuatan sumur resapan. “Sumur resapan sebanyak 2 sampai 3 saja, supaya nanti begitu hujan selesai airnya langsung meresap ke bawah,” ujarnya. (JEF)