Rawan Abrasi, Pantai di Kota Mataram Butuh Pemecah Gelombang

Mataram (NTB Satu) – Pesisir Pantai Kota Mataram selalu menjadi langganan abrasi setiap musim angin barat.  Abrasi yang paling parah terjadi pada Jumat, 23 Desember 2022 lalu yang menyebabkan sejumlah rumah yang berdiri di pesisir pantai ambruk.

Potensi bencana itu diakui membutuhkan penanganan jangka panjang seperti pemecah gelombang (breakwater), selain dari adanya bronjong yang berdiri di sempadan pantai. Namun tingginya biaya pembuatan pemecah gelombang menjadi kendala bagi Pemerintah Kota (Pemkot) Mataram.

“Pemecah gelombang memang efektif kalau kondisi laut kita berpalung, tapi harganya sangat tinggi,” ujar Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Mataram, Miftahurrahman, tanpa menyebutkan nominal secara detail, Rabu, 8 Februari 2023.

Namun jika mematok proyek pemecah gelombang di Kabupaten Kepulauan Seribu, pemecah gelombang yang dibangun sepanjang 426 meter memakan biaya hingga Rp13 miliar.

Namu  menurut Miftahurrahman, biaya pembuatan pemecah gelombang bergantung pada banyak faktor, terutama kedalaman laut dan keberadaan palung laut.

Sementara itu, pemasangan bronjong sebagai solusi alternatif untuk menahan gelombang hingga saat ini belum mulai dipasang akibat langgengnya cuaca buruk dan gelombang laut yang tinggi.

“Gelombang masih tinggi, tidak efektif kita bekerja. Masih pagi itu, gelombangnya sudah tinggi,” imbuhnya.

Karena itu, pihaknya berencana untuk melakukan solusi mitigasi abrasi secara bertahap, mulai dari pembangunan bronjong hingga pembuatan pemecah gelombang di dasar laut. (RZK)

Exit mobile version