Mataram (NTB Satu) – Memilih karir jadi politisi bukan ide instan karena hampir separuh hidupnya dihabiskan untuk berkarir di lingkaran dunia politik. Pilihannya jadi bakal calon anggota legislatif (Bacaleg) DPR RI pun lewat perenungan dan dukungan kapasitasnya saat ini yang tak lepas dari nama besar, salah satunya H. Fahri Hamzah. Berikut ulasannya.
Selepas kuliah S2 di UGM, dengan hasil studi akhir Cumlaude, H. Yadi Surya Diputra mendaftar sebagai Tenaga Ahli Komisi II DPR RI dan dinyatakan lulus setelah mengikuti berbagai test di Universitas Indonesia Jakarta.
Inilah awal karirnya menjelajah dunia. Ia ditempatkan sebagai Tenaga Ahli Pribadi Ketua Komisi II DPR RI yang kala itu dijabat oleh Burhanudin Napitupulu seorang politisi senior Partai Golkar. Namun karena Burhanuddin Napitupulu meninggal dunia pada awal 2010, maka ia ditempatkan sebagai Tenaga Ahli Pimpinan Komisi II DPR RI yang kala itu dijabat oleh Ganjar Pranowo dari PDIP, Teguh Juwarno dari PAN, Taufiq Efendy Mantan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dari Partai Demokrat, dan Chairuman Harahap dari Partai Golkar.
Karirnya sebagai tenaga Ahli DPR RI terus berlanjut dengan 4 tahun menjadi Tenaga Ahli Anggota DPR RI dari Partai Gerindra, Drs. H. Harun Alrasyid yang juga mantan Gubernur NTB dan 6 tahun menjadi Tenaga Ahli “Macan Senayan” H. Fahri Hamzah, hingga puncaknya menjadi Staf Khusus Pimpinan DPR RI dengan jabatan setara eselon 1 B.
Selama di Senayan inilah Yadi banyak menghabiskan waktu untuk mengembangkan diri dengan berziarah ke berbagai tempat suci yang jauh. Hingga menempuh studi diplomasi di Institute of Diplomacy and International Affairs Ministry of Foregn Affairs Taiwan dalam program 2015 Taiwan Study Camp For Future Leaders: Southeast Asia And South Asia.
Dalam karirnya, selain terus tampak berada di lingkaran Fahri Hamzah, Yadi juga tampak selalu berada di lingkaran Prof Din Syamsuddin. Bersama Prof Din Syamsuddin ia ikut menggawangi berdirinya Pesantren Internasional Dea Malela di Pamangong Sumbawa Besar, di mana Prof Din kala itu mempercayainya sebagai Ketua Bidang Pendidikan Yayasan Pendidikan dan Kebudayaan Dea Malela yang kini sudah berubah menjadi Yayasan Wakaf.
Terkait perjuangan mendirikan Propinsi Pulau Sumbawa (PPS) sebagai sebuah Provinsi pemekaran, H. Yadi Surya Diputra (Suryo) adalah salah satu tokoh muda yang berada di balik rencana tersebut, dan terus menggulingkan rencana besar tersebut sampai dengan saat ini.
H. Yadi Surya Diputra, anak kampung dari Sumbawa yang banyak meniti karir di Jakarta. Ia kaya pengalaman dan jaringan di pusat ibu kota Jakarta tempat di mana seluruh kebijakan yang mengatur hajat hidup orang banyak dilahirkan. Yadi di antaranya pernah menjadi tim asistensi perumusan UU Kearsipan 2009, UU ASN 2014, UU Administrasi Pemerintahan 2014, UU Pemda 2014, UU MD3 2014, dan lain-lain.
Dengan sejuta pengalaman dan jaringan tersebut, kini Yadi berikhtiar untuk maju menjadi Bakal Calon Anggota DPR RI dari Partai Gelora Dapil Pulau Sumbawa. Motivasi utamanya menuju senayan adalah memegang amanah Kiai nya yang akrab disapa Buya Dr.K.H. Zulkifli Muhadli. Sang Kiai berpesan kepada seluruh anak didiknya “jadilah manusia yang paling banyak bermanfaat bagi banyak manusia”.
Bagi Yadi, Politik adalah ladang amal terbesar kita, dan kekuasaan adalah jalan tercepat dalam menggapainya. Jika kita menjadi orang kaya, paling mampu mensekolahkan 10 anak. Tapi jika kekuasaan di tangan, cukup dengan satu tanda tangan ribuan orang bisa menempu pendidikan.
Dengan tagline “Muda, Cerdas dan Berani” Yadi optimis menyibak takdir menempuh ikhtiarnya menjadi Anggota DPR RI. “Ini adalah usia ‘kenabian’ saya, di umur 40 tahun Nabi mendapat risalah merubah dunia. Dan inilah saya kini berusia 40 tahun, harus berani mengambil langkah memikul beban dan melanjutkan risalah kenabian”, katanya.
Kepada para pemilihnya di Pulau Sumbawa, Yadi menyampaikan : “Bagi yang merasa negara kita hari ini sedang baik baik saja, kehidupan ekonomi aman-aman saja, keuangan keluarga tak bermasalah, anak-anak kita mudah dapat kerja, maka pertahankan keadaan itu, Jangan Pilih Saya!!!
Tapi jika justru faktanya sebaliknya, maka kirim saya ke Senayan. Akan Saya Guncang Bumi dan Langit Jakarta, seperti Gunung Tambora mengguncang dunia.” (ADH)