Daerah NTB

Angka Stunting NTB Kini di Bawah 17 Persen, Wagub Minta Perkuat Kerjasama

Mataram (NTB Satu) – Stunting masih menjadi ‘pekerjaan rumah’ bagi NTB. Karena iti sejumlah aktivitas percepatan penurunan stunting di NTB terus digencarkan.

Hasilnya, menurut rekaman data ePPGBM sampai dengan tanggal 16 September 2022 angka Stunting di NTB berhasil turun hingga 16,99%

Wakil Gubernur (Wagub) NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalillah M.Pd., mengatakan, seluruh pihak mesti saling menguatkan dan bekerja sama untuk percepatan penanganan stunting di NTB.

Permasalahan stunting, kesehatan ibu dan bayi, membuat pemerintah dan berbagai stakeholder lainnya harus berpikir keras agar angka penderita stunting dan permasalahan lainnya dapat menurun dengan cepat.

“Maka dari itu, kami pun sekarang sedang fokus menggarap Program Revitalisasi Posyandu untuk menangani berbagai permasalahan ibu dan anak sejak sektor hulu. Sampai saat ini, jumlah posyandu di NTB sebanyak 7.600,” ungkap Rohmi, di Mataram, Senin, 16 Januari 2023.

Pemerintah Provinsi NTB menjadikan posyandu sebagai pusat edukasi berbasis dusun. Menurut Rohmi, permasalahan kesehatan di NTB tidak dapat diselesaikan hanya dengan sistem parsial, yaitu stunting tidak akan pernah selesai apabila Pemerintah Provinsi NTB hanya fokus mengurusi bidang kesehatan, dan luput mengurusi bidang lingkungan.

“Di dalam menangani masalah stunting, diperlukan cara-cara yang komprehensif. Apabila posyandu pada umumnya hanya melayani permasalahan bayi dan ibu hamil, maka di NTB posyandu juga turut mengurusi seluruh warga dusun. Dari seluruh posyandu yang ada di NTB, sekarang sudah bertransformasi menjadi Posyandu Keluarga,” jelas Rohmi.

Manfaat dari program Posyandu Keluarga berupa pemerintah akhirnya mendapatkan data stunting berbasis by-name, by-address. Apabila terdapat pihak yang datang ke suatu dusun kemudian hendak mengetahui jumlah anak stunting, maka Posyandu Keluarga akan menyediakan data secara terperinci.

“Selayaknya daerah lain di Indonesia, NTB memiliki banyak problem kesehatan. Pada saat Pandemi Covid-19, orang-orang akhirnya sadar bahwa sektor kesehatan merupakan aspek yang sangat penting dan krusial. Betapa kesehatan dapat meluluhlantakkan segala hal, terlebih jika masyarakat tidak benar-benar memperhatikannya,” terang Rohmi.

Menurut Rohmi, pembangunan pada bidang kesehatan tidak boleh pincang, baik dari hulu sampai ke hilir. Orang-orang mesti menanamkan pemikiran bahwa sektor kesehatan harus diperhatikan sejak hulu, terutama untuk kegiatan yang berbasis promotif dan preventif.

“Aplikasi-aplikasi penunjang kesehatan akan sangat membantu untuk mengecek kondisi ibu hamil, sehingga anak-anak yang lahir dari ibu-ibu yang ada di NTB berada dalam kondisi sehat,” pungkas Rohmi. (GSR)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

IKLAN
Back to top button