Kesehatan

Pengamat Kesehatan Unram Akui Mitos Gizi Makanan pada Suku Sasak Jadi Salah Satu Penyebab Stunting di Lombok

Mataram (NTBSatu) – Majelis Adat Sasak (MAS) belum lama ini mengungkapkan kalau masyarakat Lombok sangat sulit keluar dari kondisi stunting. Hal tersebut disebabkan adanya mitos gizi makanan pada ibu hamil suku Sasak.

Misalnya, ketika sedang hamil, perempuan Sasak dilarang makan gurita, udang, cumi, dan sebagainya. Saat proses menyusui juga, ibu hamil memiliki pantangan untuk makan makanan yang amis, seperti telur, ikan, dan daging.

Bahkan, ketika sudah melahirkan secara sesar maupun normal, juga masih memiliki pantangan berupa tidak boleh makan makanan yang bersantan.

Pengamat Kesehatan Universitas Mataram (Unram), Dr. dr. Lina Nurbaiti, M.Kes., FISPH., FISCM., pun membenarkan fenomena itu. Melalui penelitian yang dilakukan tahun 2013, dirinya mendapatkan bahwa fenomena tersebut terjadi karena kepercayaan masyarakat yang turun-temurun.

“Pada saat saya penelitian tahun 2013 dan kebetulan dipublikasi 2014, saya tanyakan kepada ibu-ibu suku Sasak apa dasar mengikuti pantangan atau ketabuan itu. Ternyata alasannya karena turun-temurun dan tidak berani melarang orang tua,” jelasnya saat ditemui NTBSatu, Selasa, 19 Desember 2023.

Berita Terkini:

Meskipun temuannya pada tahun 2013 dan belum dilakukan penelitian kembali, fenomena itu masih terjadi berdasarkan pengalamannya di lapangan.

“Berdasarkan pengalaman saya di lapangan fenomena itu masih ada. Mungkin porsinya tidak banyak, tetapi masih ada ibu hamil, ibu menyusui, anak sakit terutama yang balita dengan ketabuan gizi makanan,” kata Lina.

Selain pantangan dan ketabuan, tambah Dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unram ini, ada juga larangan agar ibu hamil pada suku Sasak tidak makan terlalu banyak. Biarkan anak itu besar di luar, tidak apa-apa di dalam kecil.

“Dengan tujuan agar tidak terjadi robekan jalan lahir pada saat melahirkan normal atau agar tidak terjadi sesar. Jadi tidak usah besar-besar anaknya dalam perut dan itu sampai sekarang masih ada, ujarnya.

“Karena kebetulan saya jadi dosen pembimbing adik-adik mahasiswa yang sedang koas di Puskesmas. Ketika mereka memberikan laporan individu dan kasus kedokteran keluarga, masih banyak masyarakat kita yang punya pandangan seperti itu,” lanjut Direktur Rumah Sakit Unram ini.

Sehingga menurutnya, yang perlu dilakukan ke depan adalah memberikan pemahaman menyeluruh. Tidak hanya pada ibu hamil, melainkan kepada suaminya, orang tua, mertua, nenek-nenek, dan kakek-kakek.

“Semuanya harus terpapar diberikan pemahaman, terutama kepada ayah. Karena selama ini dalam keluarga, keputusan itu selalu diambil olehnya. Masyarakat adat, budayawan, tokoh agama, tokoh masyarakat juga bisa membantu untuk meluruskan ketabuan tersebut,” terang Lina.

“Kalau jargon saya itu, mari kita kerja sama bukan sama-sama kerja,” pungkasnya. (JEF)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button