Mataram (NTB Satu) – Universitas Pertahanan telah berkunjung ke NTB dan diterima langsung Wakil Gubernur NTB, Dr. Sitti Rohmi Djalillah M.Pd. Hasilnya, Universitas Pertahanan yang berada di bawah Kementerian Pertahanan akan membantu Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB untuk dibuatkan 31 sumur bor yang direncanakan selesai pada tiga bulan mendatang.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) NTB, Ir. H. Ridwan Syah mengatakan, 31 titik sumur bor akan tersebar di berbagai wilayah, ada 20 di Pulau Lombok, dan 11 di Pulau Sumbawa. Sebenarnya, pembangunan sumur bor ini merupakan hasil penelitian yang pernah dilakukan Universitas Pertahanan sejak enam bulan belakang untuk membantu NTB menggali 151 sumur bor yang sudah dipastikan memiliki air.
“Universitas Pertahanan tengah melakukan penelitian tentang ketersedian air di NTB. Selain itu, Universitas Pertahanan ingin membantu masyarakat NTB agar mendapatkan air bersih,” ungkap Ridwan Syah di Mataram, Kamis, 12 Januari 2023.
Sejak enam bulan yang lalu, ia telah menemani Tim Universitas Pertahanan untuk melakukan survei mengenai lokasi-lokasi sumber air di NTB. Dari hasil survei, ditemukan 151 titik sumber air yang dapat dijadikan lokasi penggalian sumur bor.
Pada awal tahun 2023, Universitas Pertahanan membantu kami untuk membuat sumur bor sebanyak 31 titik lokasi terlebih dahulu. 31 titik itu merupakan bagian dari rencana pembangunan 151 titik sumur bor di NTB.
Universitas Pertahanan menargetkan 31 titik sumur bor terselesaikan pada tiga bulan mendatang. Saat peresmian nanti, Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto dijadwalkan akan hadir secara langsung. Ridwan Syah berharap agar kerjasama Universitas Pertahanan dengan Pemprov NTB dapat terus berlanjut.
“Pemerintah Provinsi NTB kemudian merasa sangat bersyukur dapat dibantu Universitas Pertahanan di tengah keterbatasan anggaran yang dimiliki,” papar Ridwan.
Bantuan Universitas Pertahanan berbentuk dua, fisik dan non-fisik. Ridwan menjelaskan, Universitas Pertahanan telah bekerja secara langsung, kemudian juga melalukan penelitian-penelitian. Hasil dari penelitian-penelitian itu akan diminta Pemprov NTB sebagai patokan untuk memenuhi standar program pengadaan air bersih di NTB.
“Sampai saat ini, dinyatakan belum ada kendala. Bahkan, satu sumur bor yang biasanya dikerjakan selama delapan hari, sekarang malah membutuhkan waktu tiga hari,” beber Ridwan.
Dari 31 titik sumur bor tersebut, 18 lokasi telah mengeluarkan air. Apabila proses penggalian lancar, pengerjaan 31 titik sumur bor dapat diselesaikan selama satu bulan mendatang.
Maka dari itu, Universitas Pertahanan mengharapkan agar Badan Usaha Milik Desa di masing-masing daerah dapat mengelola sumur bor yang telah dibikinkan.
“Sebab, keberlanjutan adalah hal yang paling penting,” kata Ridwan.
Alat bor yang selama ini didatangkan dari luar daerah, ternyata sudah dapat diproduksi di NTB. Oleh karena itu, kepada Wakil Gubernur, Ridwan menyarankan agar APBD tidak lagi menyerahkan program bantuan sumur bor, melainkan membeli alat bor. Kemudian, sumur yang sudah digali dapat dikelola langsung oleh masyarakat.
“Alat bor itu harganya sekitar Rp200 juta. Apabila dibeli lima unit mesin obor, maka itu dapat digunakan di berbagai wilayah dengan cakupan yang luas. Apalagi, orang NTB sudah dapat menghasilkan alat bor yang dapat menggali sedalam 60 hingga 80 meter. Itu kemudian sesuai dengan rata-rata kedalaman air di NTB,” pungkas Ridwan. (GSR)