Daerah NTB

Fenomena La Nina, BMKG Peringatkan Adanya Potensi Cuaca Ekstrem di NTB

Mataram (NTB Satu) – Fenomena La Nina moderat masih akan terjadi hingga akhir tahun ini. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memberi peringatan agar masyarakat waspada adanya peningkatan potensi hujan lebat atau cuaca ekstrem di beberapa wilayah di NTB.

Prakirawan Stasiun Klimatologi Lombok Barat, Afriyas Ulfah, pada Selasa, 31 Mei 2022, menjelaskan, saat ini, kondisi La Nina masih berada pada level moderat dengan indeks ENSO (El Niño-Southern Oscillation) : -1.22. Kondisi tersebut diperkirakan akan berlangsung hingga akhir tahun.

“Kondisi ENSO dengan anomali negatif masih bertahan hingga November 2022 (La Nina Lemah) dan berangsur menuju netral pada akhir tahun 2022,” ujarnya.

Karena itu, masyarakat diimbau agar tetap waspada terhadap kemungkinan cuaca ekstrem. “Di periode musim kemarau ini dan ditambah adanya kondisi aktifnya fenomena La Nina, masyarakat perlu tetap mewaspadai adanya potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dan angin kencang mengingat masih adanya peluang hujan,” imbuhnya.

Pada dasarian III Mei 2022, curah hujan di wilayah Provinsi NTB secara umum berada pada kategori rendah, yakni 0 – 50 mm/dasarian hingga kategori menengah pada 51-150 mm/dasarian. Curah hujan tertinggi terjadi di wilayah Rumak, Kabupaten Lombok Barat dengan jumlah curah hujan sebesar 208 mm/dasarian.

Sifat hujan pada dasarian III Mei 2022 di wilayah NTB didominsi sifat Atas Normal (AN). Sifat Hujan Bawah Normal (BN) terjadi di sebagian wilayah Kabupaten Lombok Tengah, serta Kabupaten Sumbawa Besar bagian timur dan bagian utara.

Sedangkan Hari Tanpa Hujan Berturut-turut (HTH) di Provinsi NTB umumnya dalam kategori sangat pendek, yaitu satu sampai lima hari. Sedangkan HTH terpanjang terpantau terjadi di Stasiun Meteorologi Sumbawa, Kabupaten Sumbawa, sepanjang 37 hari (Kategori Sangat Panjang).

Lalu Indeks Dipole Mode menunjukkan kondisi IOD atau Indian Ocean Dipole dalam kondisi Netral (indeks Dipole Mode -0.30°C), dan diperkirakan indeksnya akan berfluktuasi di sekitar 0°C hingga -0.5°C pada Juli hingga November 2022.

Dengan adanya fenomena tersebut, menyebabkan permukaan air laut di wilayah Indonesia menjadi lebih hangat, dan meningkatkan potensi pembentukan awan hujan. Artinya, kondisi musim kemarau pada tahun ini akan sedikit lebih basah dibandingkan musim kemarau pada tahun sebelumnya.

Pada dasarian I Juni 2022, hujan dengan intensitas >20 mm/dasarian diperkirakan masih berpeluang terjadi di seluruh wilayah NTB dengan peluang hingga 100 persen. Sedangkan untuk peluang hujan dengan intensitas >50 mm/dasarian diprakirakan berpotensi beragam di wilayah NTB dengan kemungkinan tertinggi sebesar 60 – 90 persen di wilayah Sumbawa Barat, Dompu, Kabupaten Bima dan Kota Bima. Sedangkan untuk wilayah NTB lainnya rata-rata peruang curah hujan >50% sebesar 40%-50%.

Selain itu, masyarakat di NTB diimbau untuk memanfaatkan peluang adanya hujan ini dengan melakukan penampungan air guna mengantisipasi musim kemarau, khususnya di wilayah-wilayah yang sering terjadi kekeringan. (RZK)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

IKLAN
Back to top button