Mataram (NTB Satu) – Bank NTB Syariah memberi ruang kepada masyarakat NTB untuk ikut berinvestasi modal. Baik individu, maupun korporasi. Upaya ini demi mengejar target pemenuhan modal inti sebesar Rp 3 triliun pada tahun 2024 nanti.
Berbagai strategi disiapkan untuk memenuhi ketentuan tersebut. Jika tidak, status Bank NTB Syariah sebagai bank umum akan turun level menjadi BPR (Bank Perkreditan Rakyat). Tahun 2024 relatif tidak lama lagi. Sementara Bank NTB Syariah harus mengejar kekurangan modal inti sebesar Rp1,7 triliun.
Direktur Utama Bank NTB Syariah, H. Kukuh Raharjo menyampaikan lima alternatif yang disiapkan untuk memenuhi kekurangan modal inti bank.
Pertama, penguatan dari sisi penyertaan. Beberapa pemerintah daerah yang notabenenya pemegang saham sudah memberi penyertaan modal tambahan berupa asset tanah.
“Memang dilematis. Ketika penyertaannya aset, kaidah produktifitasnya rendah. Harus dibuat menjadi aset produktif dulu. Caranya, ketika Pemda beri kami tanah, ya kami bangun kantor layanan,” ujarnya.
Kedua, modal inti bisa dipupuk dengan menyertakan kembali deviden sebagai penambahan modal.
Seluruh pemegang saham sudah menyetujui untuk menyertakan deviden sebagai tambahan modal. Tambahan modal dari deviden ini bisa mendorong bank lebih ekspansif menyalurkan kredit.
Selain itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) berupa tabungan, deposito dan giro bisa bisa ditingkatkan.
Ketiga, lanjut H. Kukuh, strategi yang bisa dilakukan adalah, dengan setoran tunai dari pemegang saham. Baik ditingkat provinsi, hingga kabupaten/kota.
“Namun alternatif ketiga ini nampaknya berat. Ditengah seret anggaran karena pandemi Covid-19,” ujarnya.
Dari ketiga strategi utama ini, muncul strategi tambahan guna memenuhi modal inti bank sebesar Rp 3 triliun tahun 2024.
Dimaksud Kukuh, Pemda saat ini memiliki badan usaha yang bergerak di sektor keuangan, yaitu Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Saat ini proses penggabungan delapan BPR NTB menjadi satu BPR.
Jika digabung dengan bank NTB Syariah, maka kekuatan BPR NTB bisa menambah modal sampai sebesar Rp 200 miliar. jika dihitung dengan asetnya, nilainya sebesar Rp900 miliar.
Selanjutnya, melihat kebutuhan tambahan modal dan kemampuan pemegang saham, dibuka opsi kepada publik untuk menanamkan sahamnya di bank NTB Syariah. Besaran keuntungannya akan disepakati bersama.
“Terbuka bagi masyarakat NTB, individu maupun korporasi. Kalau individu minimal Rp10 miliar. Koprorasi minimal Rp100 miliar. Karena kalau IPO (melantai di bursa efek Indonesia), belum saatnya kesana,” ujarnya.
Kukuh menambahkan, opsi ini sudah mendapat sambutan. Bahkan disebut, sudah ada pengusaha yang siap menyertakan modalnya. Bahkan ada 25 perusahaan besar yang intens berkomunikasi dengannya.
Dengan alternatif ini, Kukuh meyakini, Bank NTB Syariah bisa dipertahankan sebagai bank umum syariah, dengan terpenuhi modal inti Rp 3 triliun nanti. (BAK)