Lombok Timur (NTBSatu) – Stunting atau malnutrisi ekstrem pada anak masih menjadi masalah serius di Tanah Air hingga ke daerah-daerah. Termasuk di Kabupaten Lombok Timur.
Menurut data Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Lombok Timur, kasus stunting di Lombok Timur pada akhir Februari 2024 tersisa 15,9 persen atau 18.808 jiwa berdasarkan data Elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM).
Angka tersebut menurun dari kasus stunting pada akhir 2023 yang mencapai 16,18 persen. Angka itu pun jauh lebih rendah dari persentase stunting nasional yang mencapai 21,6 persen.
Sementara menurut pendataan Survei Kesehatan Indonesia (SKI), angka stunting Lombok Timur saat ini mencapai 27,6 persen pada 2023.
Lalu mengacu pada perintah Pemerintah Pusat, angka stunting harus diturunkan menjadi 14 persen di akhir 2024. Kepala DP3AKB Lombok Timur, H Ahmat, mengaku optimis dapat mencapai target tersebut.
“Kalau versi e-PPGBM kita optimis mencapai target. Kalau SKI kan jauh sekali,” kata Ahmat, Senin, 6 Mei 2024.
Berita Terkini:
- Gubernur NTB Nilai Satgas PPKS di Ponpes tak Urgen, Aktivis Anak: Justru Itu yang Belum Ada
- PPATK Sebut Korupsi dan Narkotika Jadi Kejahatan Tertinggi Tindak Pidana Pencucian Uang
- Sidang Perdana Gugatan Mobil Esemka dan Ijazah Digelar Besok, Jokowi Bakal ke Vatikan?
- Hakim Jatuhkan Vonis Dua Terdakwa Korupsi KUR BSI Petani Porang
- LIPSUS – Jalan Mundur Layanan Kesehatan NTB
Ia mengungkapkan, salah satu faktor terbesar penyebab terjadinya stunting adalah minimnya capaian program KB pascasalin.
“Kasus kita kan banyak yang belum setahun melahirkan sudah hamil lagi. Ini berpotensi menimbulkan stunting,” ucapnya.
Guna mencapai target tersebut, lanjut Ahmat, pihaknya akan menggenjot capaian program KB pascasalin tersebut.
“Begitu selesai melahirkan, akan dipasangkan KB itu,” tutupnya. (MKR)