Kota Bima (NTBSatu) – BMKG Stasiun Klimatologi NTB menyatakan, curah hujan di wilayah NTB dalam 10 hari ke depan atau pada dasarian III Juni 2024 (21 – 30 Juni 2024) diprediksi sangat rendah.
Potensi hujan hanya mencapai lebih dari 20mm/dasarian dan diprediksi berpeluang terjadi kurang dari 10 persen di seluruh wilayah NTB.
Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi, Bastian Andarino menyampaikan, berdasarkan monitoring, analisis dan prediksi curah hujan dasarian, terdapat indikasi kekeringan meteorologis (iklim) sebagai dampak dari kejadian hari kering berturut-turut dengan indikator hari tanpa hujan dengan potensi siaga.
Beberapa wilayah di NTB masuk dalam level siaga kekeringan meteorologis yang dimaksud, di antaranya Kabupaten Dompu, meliputi Kecamatan Kilo, dan Pajo.
Kemudian Kabupaten Bima, meliputi Kecamatan Belo, Lambitu, dan Palibelo. Sementara di Kota Bima meliputi Kecamatan Raba. Selanjutnya Kabupaten Lombok Barat meliputi Kecamatan Lembar.
“Sisanya Kabupaten Sumbawa, kekeringan level siaga terjadi di Kecamatan Labuhan Badas, Sumbawa, Unter Iwes. Sementara di Kabupaten Sumbawa Barat, meliputi Kecamatan Jereweh,” kata Bastian dalam rilis resmi BMKG, pada Kamis, 20 Juni 2024.
Bastian menjelaskan, pemicu fenomena tersebut salah satunya adalah aliran masa udara wilayah Indonesia bagian Selatan termasuk NTB sudah didominasi angin timuran.
Berita Terkini:
- Kapal Rute Poto Tano – Pelabuhan Kayangan Kandas, Seluruh Penumpang Selamat
- UMP NTB Naik Jadi Rp2,6 Juta, Pj Gubernur Beraharap tak Ada PHK
- Pj Gubernur NTB Panggil Kadis Dikbud, Sebut Kabid SMK Berpotensi Dicopot
- Kabid SMK Dikbud NTB Ancam Kontraktor Sebelum Diduga Terima Pungli Rp50 Juta
- Edukasi dan Kolaborasi, Kunci Sukses Pertumbuhan Pasar Modal NTB
Update terakhir MJO terpantau tidak aktif di wilayah Indonesia dan diprediksi tetap tidak aktif hingga awal Juli 2024.
“Aktifnya MJO berkaitan dengan potensi peningkatan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia termasuk wilayah NTB,” jelasnya.
Lantaran seluruh wilayah NTB sudah memasuki musim kemarau, ia mengimbau agar masyarakat dapat menggunakan air secara bijak, efektif dan efisien.
Masyarakat juga perlu mewaspadai akan terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan serta kekeringan yang umumnya terjadi pada periode puncak musim kemarau.
“Masyarakat dapat memanfaatkan penampungan air seperti embung, waduk, atau penampungan air hujan lainnya guna mengantisipasi kekurangan air khususnya di wilayah-wilayah yang sering terjadi kekeringan,” pungkasnya. (MYM)