Mataram (NTBSatu) – Psikolog Universitas Indonesia, Tjut Rifameutia Umar Ali komentari debat panas Calon Presiden pada Selasa malam 13 Desember 2023 dua hari lalu.
Tia mengatakan, ajang debat itu bukanlah rangkaian yang tiba-tiba dalam suatu pesta demokrasi.
Oleh karena itu, para Capres harus mempersiapkan diri karena mereka sudah diberitahukan aspek apa saja yang akan menjadi materi debat.
Jadi, kata dia, ketiganya harus siap dengan apapun kondisi di panggung debat. Termasuk hujatan, sindiran yang mungkin keluar konteks debat.
“Tentu masyarakat akan melihat apakah calon-calon tersebut cukup bisa diandalkan untuk menjadi presiden nantinya, karena ini (debat) kan merupakan salah satu langkah untuk membuat publik percaya. Bukan hanya mengenai materi, juga kemampuan mengkomunikasikan pikiran, visi misinya kepada masyarakat,” kata Tia, dikutip dari tempo.co, Kamis 14 Desember 2023.
Berita Terkini:
- Anggaran Fiskal NTB 2024: Inflasi Rp564 Miliar Inflasi, Kemiskinan Rp341 Miliar, dan Stunting Rp47 Miliar
- Jaksa Teliti Berkas Perkara Tersangka Agus
- Pemprov NTB Kembali Pulangkan 5 WNI Asal NTB Terdampak Perang Suriah
- Polisi Kantongi Saksi Kunci Meninggalnya Santriwati Ponpes Al Aziziyah
Lanjut Tia, apalagi masyarakat pada umumnya hanya bisa menyaksikan debat melalui layar televisi atau gawai. Maka itu, ketiga capres diharapkan persuasif, sehingga bisa membuat mereka unggul di mata para pemilih.
“Mereka harus mempersiapkan diri, bagaimanapun setting-nya. Apapun yang mereka hadapi, itu adalah sesuatu posisi yang sifatnya given dari sisi penyelenggara pemilu. Meskipun itu misalnya tertekan, stres full,” lanjutnya.
Lebih jauh Tia menjelaskan, dari sinilah, masyarakat bisa melihat bagaimana persiapan serta kesiapan masing-masing calon untuk menghadapi situasi yang terbangun dalam debat. Rasa stres atau tegang yang mungkin muncul merupakan tantangan bagi para capres.
“Justru mereka harus mempersiapkan diri. Sekarang yang kita lihat adalah bagaimana performance mereka ketika berhadapan dengan situasi tersebut. Karena ada waktu untuk itu sebetulnya,” ucap eks Dekan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia tersebut.