Kota Mataram

Tangani Risiko Keracunan, BGN Latih Ratusan Penjamah Makanan MBG di Mataram

Mataram (NTBSatu) – Menyikapi sejumlah kasus keracunan makanan yang terjadi dalam pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG), Badan Gizi Nasional (BGN) menggelar pelatihan intensif bagi 300 penjamah makanan dari enam dapur di Kota Mataram.

Direktur Penyediaan dan Penyaluran Wilayah III BGN, Enny Indarti mengatakan, pelatihan ini merupakan langkah awal dalam meningkatkan standar keamanan dan kebersihan makanan yang disalurkan melalui dapur-dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).

“Kami melihat adanya kebutuhan mendesak untuk meningkatkan kapasitas penjamah makanan. Pelatihan merupakan langkah preventif terhadap potensi risiko kesehatan, termasuk keracunan makanan yang pernah terjadi sebelumnya,” tegas Enny kepada NTBSatu, Sabtu, 24 Mei 2025,

Pelatihan ini merupakan bagian dari program besar BGN yang akan melibatkan 2.050 penjamah makanan di seluruh NTB. Adapun puluhan dapur MBG telah tersebar di beberapa wilayah.

Rinciannya, Kota Mataram 6 dapur, Lombok Barat 10 dapur, Lombok Tengah 12 dapur. Kemudian, Lombok Timur 10 dapur, Lombok Utara 3 dapur, dan Pulau Sumbawa 1 dapur.

IKLAN

Sebagai langkah lanjutan, Enny menyampaikan bahwa sertifikasi higienitas dapur mulai berlaku sebagai syarat mutlak operasionalisasi dapur MBG di seluruh Indonesia.

“Sertifikasi akan menjadi instrumen pengawasan mutu. Tanpa standar jelas, kualitas MBG akan terus dipertanyakan,” ujarnya.

Meskipun para penjamah direkrut oleh mitra pelaksana dan mendapatkan honorarium sesuai lapangan, status mereka hingga kini masih bersifat informal.

IKLAN

BGN menyatakan tengah mengupayakan jaminan BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan bagi seluruh petugas penjamah makanan.

Enny menggarisbawahi, peran Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI) dalam menyosialisasikan standar kebersihan kepada mitra-mitra pelaksana.

Ia menilai, tantangan utama bukan hanya teknis, tetapi juga pada aspek budaya kerja dan pemahaman dasar soal pentingnya higienitas makanan.

“SPPI harus aktif, karena transformasi kualitas MBG tidak bisa hanya mengandalkan pelatihan satu kali. Ini butuh pendekatan terus-menerus,” tegas Enny.

IKLAN

Peserta merasakan manfaat

Salah satu peserta pelatihan yang merupakan chef dapur MBG di Panjitilar Mataram, Lalu Darmawan menyebut, pelatihan ini membuka wawasan baru tentang pentingnya detail dalam pengolahan makanan.

“Pelatihan ini sangat bermanfaat. Banyak ilmu baru yang membuat kami lebih jeli dalam mengolah makanan. Dulu banyak kasus makanan basi, tapi sekarang kami paham bagaimana mencegahnya,” katanya.

Materi pelatihan mencakup seluruh proses: mulai dari persiapan bahan baku, pengolahan, pemorsian, distribusi, hingga monitoring pasca-distribusi. Dengan narasumber yang berasal dari Dinas Kesehatan, Persatuan Ahli Gizi, dan Dinas Lingkungan Hidup NTB.

“Dulu kami kurang tahu standar kebersihan yang benar. Sekarang kami jadi lebih teliti. Tapi memang perlu pendampingan rutin agar tidak kembali ke kebiasaan lama,” tukasnya. (*)

Berita Terkait

Back to top button