HEADLINE NEWSPolitik

Pengamat Politik Sebut Debat Perdana Pilgub NTB Minim Gagasan Baru dan Terlalu Teoritis

Mataram (NTBSatu) – Pengamat Politik Universitas Mataram (Unram), Azhari Evendi, S.Sos., memberikan pandangan kritis terkait jalannya debat perdana Pilgub NTB yang berlangsung Rabu, 23 Oktober 2024 kemarin.

Menurut Azhari, debat tersebut lebih menyerupai diskusi afirmatif yang kurang memunculkan perbedaan pandangan maupun adu gagasan di antara paslon.

“Debatnya itu seperti diskusi, saling afirmasi dan mendukung satu sama lain. Sehingga visi dan misi dari masing-masing paslon tidak terlihat jelas,” ujar Azhari kepada NTBSatu, Jumat, 25 Oktober 2024

IKLAN

Azhari menilai, ketiga paslon terlihat saling menjaga diri, seakan enggan untuk saling mengkritik atau menguji kebijakan satu sama lain. Akibatnya, debat tidak dapat menampilkan strategi atau ide segar yang membedakan satu paslon dengan lainnya.

“Kita tidak bisa melihat mana ide yang lebih bagus, karena debat ini terlalu teoritis dan normatif,” katanya.

Ia menambahkan, mayoritas pembahasan hanya berada di tataran teori. Tanpa rencana konkret untuk menerapkan gagasan seperti reformasi birokrasi dan meritokrasi dalam konteks pemerintahan NTB.

IKLAN

Kekurangan Data

Lebih jauh, Azhari juga menyoroti minimnya penggunaan data dalam debat perdana Pilgub NTB tersebut. Menurutnya, esensial dalam menilai efektivitas kebijakan.

“Miskin data, tidak banyak data yang mereka sampaikan untuk memperjelas isu kemiskinan, kesehatan, atau tata kelola pemerintahan,” tegasnya.

Azhari berpendapat, tanpa data pendukung, gagasan yang disampaikan cenderung dangkal dan sulit diaplikasikan.

Seharusnya, lanjutnya, debat paslon bisa menjadi ajang bagi masyarakat untuk mengenal lebih dalam visi, misi, dan strategi dari para calon pemimpin.

Namun, dengan format debat yang terlalu aman dan minim serangan maupun gagasan yang segar. Sulit bagi pemilih untuk menilai mana calon yang benar-benar siap memimpin NTB ke depan.

“Kita ingin tahu apa saja terobosan baru yang mereka tawarkan. Tapi, sayangnya, diskusi kemarin datar dan cenderung repetitif,” ungkapnya.

Dengan sekitar 20 persen pemilih yang belum menentukan pilihan, Azhari khawatir, debat yang kurang dinamis ini mungkin tidak memberikan dampak yang cukup untuk membantu masyarakat memilih. Menurutnya, evaluasi ke depannya harus mempertimbangkan bagaimana debat bisa lebih menggali gagasan dan menunjukkan perbedaan antara para calon.

“Rakyat ingin tahu seberapa matang dan inovatif calon pemimpin kita. Sayangnya, dalam debat kemarin, itu tidak terlihat jelas,” tutup Azhari. (*)

Berita ini ditulis Mohammad Khazani, peserta magang Jurnalis di NTBSatu.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button