Jangan Mudah Tertipu! Cara Jitu Menemukan Jurnalisme Berkualitas untuk Membongkar Berita Hoaks

Mataram (NTBSatu) – Masyarakat kini dibanjiri informasi dari berbagai platform, mulai media sosial, televisi, radio, hingga portal berita online di era digital ini.
Meskipun begitu, tidak semua konten yang tersebar dapat dipercaya, sehingga kemampuan literasi media menjadi sangat penting.
Literasi media membantu publik mengenali informasi yang akurat, adil, dan independen, sekaligus membedakan antara fakta dan opini.
Dengan bekal ini, setiap orang dapat mengambil keputusan berdasarkan informasi yang benar, bukan sekadar rumor atau berita palsu.
Jurnalisme berkualitas menjadi fondasi bagi masyarakat yang cerdas dan terinformasi. Media yang menjaga prinsip faktual, akurat, adil, dan independen menghadirkan berita yang dapat dipertanggungjawabkan.
Mengutip berbagai sumber, berikut ini beberapa strategi praktis untuk menemukan konten jurnalisme berkualitas dan menjauhi informasi menyesatkan:
1. Telusuri Sumber dan Kredibilitasnya
Langkah pertama dalam menilai konten berita adalah memeriksa sumbernya. Pastikan media yang menerbitkan memiliki reputasi baik dan terdaftar di Dewan Pers atau organisasi jurnalistik kredibel.
Media berkualitas umumnya memiliki rekam jejak panjang dalam menegakkan etika jurnalistik. Selain itu, perhatikan penulis atau reporternya.
Nama yang jelas, latar belakang profesional, dan spesialisasi tertentu menjadi indikator berita tersebut ditulis oleh orang yang berkompeten.
Profil penulis yang transparan, termasuk bio, kontak, dan keahlian, menjadi tanda bahwa media serius menyajikan informasi yang dapat dipercaya.
2. Evaluasi Isi dan Bukti Pendukung
Setelah menilai sumber, penting untuk menelaah isi berita. Verifikasi fakta menjadi kunci utama.
Artikel yang baik menyertakan bukti kuat berupa: data, dokumen resmi, atau kutipan langsung dari narasumber. Hindari berita yang hanya berisi opini atau rumor tanpa dasar faktual.
Selain itu, cek keseimbangan sumber. Jurnalisme berkualitas menghadirkan berbagai perspektif, terutama pada isu kontroversial. Sehingga berita tidak hanya mengutip satu pihak saja.
Perhatikan juga objektivitas artikel. Berita yang baik memisahkan fakta dan opini, serta menggunakan bahasa netral. Artikel juga tidak bersifat emosional atau menghakimi, serta berbasis data yang dapat diverifikasi.
3. Perhatikan Konteks dan Tujuan
Membaca berita tidak cukup hanya menilik judul, apalagi jika bersifat clickbait. Seringkali judul sensasional tidak mewakili isi berita secara keseluruhan.
Membaca artikel secara tuntas membantu memahami konteks dan maksud sebenarnya. Periksa juga tanggal publikasi agar informasi tetap relevan.
Berita lama yang disebarluaskan kembali tanpa konteks baru berpotensi menyesatkan. Selain itu, pertimbangkan kemungkinan adanya kepentingan tersembunyi, seperti iklan berbayar atau pengaruh politik yang bisa memengaruhi objektivitas berita.
4. Bandingkan dengan Sumber Lain dan Konfirmasi Fakta
Langkah terakhir adalah membandingkan berita dengan laporan media lain. Mengandalkan satu sumber saja berisiko menyesatkan. Jika isu penting tidak dilaporkan oleh media besar lain yang kredibel, hal itu patut dicurigai.
Manfaatkan juga situs pengecek fakta independen untuk memverifikasi kebenaran informasi. Alat ini membantu memastikan konten yang dikonsumsi benar-benar akurat dan bukan hoaks.
Menerapkan literasi media memberi kendali penuh atas konsumsi informasi. Keterampilan ini menjadi investasi jangka panjang untuk perkembangan kemampuan berpikir kritis.
Mulailah hari ini dengan langkah sederhana, mulai dari periksa sumber berita, evaluasi isi, baca konteks, dan bandingkan informasi dengan sumber lain. Dengan cara ini, setiap orang bisa menjadi pembaca cerdas dan terinformasi. (*)