ADVERTORIALPariwisata

Pendidikan Setara dan Berdaya, Kunci Pariwisata Berkelanjutan di Kuta Mandalika

Mataram (NTB Satu) — Kuta Mandalika di Lombok Tengah tak hanya memikat wisatawan dengan panorama alamnya, tetapi kini juga menjadi panggung lahirnya gagasan besar.

Pendidikan yang setara, berdaya, dan inklusif sebagai fondasi pariwisata berkelanjutan.

Anak Alam Intercultural School, berdiri di Dusun Sekar Kuning, Kuta, menjadi bukti nyata. Sekolah ini dibuka pada September 2023 oleh Baiq Dewi Yuningsih.

Ia akrab disapa Dewi, pendidik visioner yang memadukan kurikulum Cambridge dengan muatan lokal pariwisata, seperti travel and tourism dan marine science.

“Kuta Mandalika berkembang sangat pesat, tapi kesiapan SDM lokal untuk memaknainya belum sepenuhnya terbangun. Pendidikan inklusif bisa menjadi jawaban agar pariwisata tak hanya maju secara fisik, tapi juga memberdayakan manusia,” ujar Dewi, pada NTBSatu, Selasa, 12 Agustus 2025.

IKLAN

Sekolah ini menghadirkan ruang kelas terbuka yang menyatu dengan alam.

Potret Pendiri Anak Alam Intercultural School di Kuta, Lombok, Baiq Dewi Yuningsih sedang membawa botol berisikan sampah plastik. Foto: Sita Saraswati.

Ada total 44 siswa yang terdiri dari anak-anak lokal dan internasional dari Jerman, Prancis, Australia, Rusia, Jepang, hingga Korea — belajar bersama.

Interaksi lintas budaya ini mendorong toleransi sekaligus menanamkan mindset global dan rasa percaya diri pada generasi muda Lombok.

“Kita punya alam yang kaya, tapi keberlanjutan pariwisata bergantung pada manusia yang mengelolanya. Anak-anak lokal layak mendapat akses pendidikan berkualitas setara dengan anak-anak internasional,” kata Dewi.

Dewi pun menggagas program ECO Hero bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu. Melalui program ini, mereka dapat membayar biaya sekolah menggunakan sampah plastik yang diubah menjadi eco-brick.

IKLAN

Setiap botol air kemasan besar yang terisi penuh sampah plastik dinilai setara 2,5 poin, yang kemudian dikumpulkan untuk mengurangi atau mengganti biaya pendidikan.

“Ketika anak-anak membawa sampah, mereka tak hanya membayar sekolah, tapi juga belajar bahwa menjaga lingkungan adalah bagian dari membangun keberlangsungan pariwisata Kuta di masa depan,” jelas Dewi.

Berdiri di atas lahan seluas 20 are, sekolah ini menjadi contoh nyata bahwa penguatan SDM lokal melalui pendidikan inklusif adalah bagian tak terpisahkan dari DNA pariwisata berkelanjutan Mandalika.

Lebih dari sekadar mendidik, sekolah ini menanamkan kesadaran bahwasanya pariwisata Mandalika akan bernilai tinggi jika tumbuh bersama manusianya.

“Pariwisata yang hebat adalah pariwisata yang tumbuh bersama manusianya. Alam kita sudah kaya, sekarang saatnya manusia yang tinggal di sini juga kaya pengetahuan dan keterampilan,” tegas Dewi. (*)

Berita Terkait

Back to top button