OpiniWARGA

Konfercab IPNU-PPNU ke-VII & III Etalase Menjaring Kader Muda NU Kompetitif

Oleh: Rendi Hartono – Mantan Ketua Cabang IPNU KLU ke-V

Konferensi cabang ke-VII Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Konferensi ke-III Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPNU) titik tolak membangun kembali peta arah keberlanjutan kaderisasi, pola kaderisasi di IPNU-IPPNU berpangkal gerak pada basis pendidikan di Pondok-pondok pesantren.

Kaderisasi di IPNU-IPPNU dasar menanamkan Idiologi Ahlussunnah Wal jamaah (Aswaja) penguatan nilai dasar kepemahaman nilai ke aswajaan, penguatan nilai-nilai tersebut dilakukan melalui kaderisasi secara estafet berkelanjutan. Kaderisasi tidak saja mengandalkan kekuasaan atau kekuatan, tetapi terpenting adalah mampu beradaptasi baik internal dan eksternal. Intrik atau dinamisasi internal dan eksternal membutuhkan akselerasi dan penyesuaian untuk menyikapinya.

Polarisasi yang berasal dari internal dan eksternal sering tereduksi akibat effect atau suatu momen, salah satunya paska penyelenggaraan politik elektoral seperi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). IPNU-IPPNU dalam kondisi seperti ini dituntut cermat, sigap menanggapinya, tentunya pendekatan menggunakan nilai Aswaja sebagai kompas untuk menentukan sikap. Selain itu juga destruksi tersebut menjadi potensi dapat mengganggu kerja roda organisasi manakala tidak direspon cepat.

IKLAN

Sebagai kader yang terdidik setingkat pelajar, penguatan nilai dasar moral menjadi harga mati. Sikap tawassut dan ta’zim dasar pokok seorang kader IPNU-IPPNU yang dimiliki setiap kader. Kesiapan kader IPNU-IPPNU yang ditempa dalam formasi pengkaderan yang dinamis nantinya diharapkan dapat didistribusikan ke Badan Otonom (Banom) atau lembaga NU sebagai sayap organisasinya.

Jenjang distribusi sebagai bentuk continuity eksistensi keberadaan NU sebagai induk semang, lazimnya Banom dan lembaga adalah trigger entitas sekaligus identitas jam’iyah sebagai penjamin keberlanjutan amaliah Annahldliyah.

Secara prosedural kepimpinan IPNU-IPPNU dilakukan melalui mekanisme Konferensi, di Lombok Utara sendiri Konferensi IPNU-IPPNU mengusung tagline mencetak generasi Nahdliyyin yang mendedikasikan dirinya pada konteks belajar, berjuang dan bertaqwa atau difamilierkan dengan sebutan “Salam Berjuta,”.

IKLAN

Cabang IPNU-IPPNU KLU ini baru usia belasan tahun, dimulai sejak tahun 2009-2013 pertama diketuai Ketut Hanifah seorang Komisioner Pemilihan Umum (KPU) tahun ini, selanjutnya dinahkodai Sulton seorang alumni Ponpes Al- Halimi Sesela Lombok Barat pada pengurusan periode 2014-2016. Berikutnya Juhairi periode 2016-2018 seorang ketua Rabitah Ma’had Islamiyah (RMI- NTB) Lembaga NU, selanjutnya diketuai Iwan Suyadi Alumnus yang sama dengan Sultan, pernah juga menjadi Calon Legislatif Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tahun 2024.

Berikutnya IPNU cabang KLU baru lengkap denga kepengurusan IPPNU pada periode 20220-2022 sejak diketuai oleh Rendi Hartono Alumnus Ponpes Bayyinul Ulum Santong Lombok Utara, buah hasil Konferensi ke-V sementara Ketua IPPNU dinahkodai Widad Latifatul Zahrah pada Konfrensi IPPNU pertama oleh alumnus yang sama dengan Rendi. Selanjutnya di Konferensi IPNU ke-VI dan IPPNU ke-II dikomandoi Roni Hidayatullah dan Anisa Maesarah.

Kepengurusan IPNU-IPPNU periode tahun 2022-2024 baru pada tahun ini 2025 baru bisa melaksanakan konferensi dan molor selama 2 tiga bulan, kegiatan konferensi ke-VII ini diwarnai tarik ulur mekanisme, yang semulanya dilakukan dengan pemilihan dan berkahir pada pola musyawarah mufakat. Kegiatan Konferensi ke-VII di pimpinan langsung ketua Wilayah IPNU NTB Yusril Iza Mahendra di Pondok Pesantren Nurul Yaqin desa Malaka KLU. Pada tempat dan ruang yang berbeda Konferensi IPPNU berjalan tanpa halangan dan menjadikan Santi Sartika Santriwati Alumnus Al-Ikhwan Kayangan KLU secara Aklamasi.

IKLAN

Santi adalah seorang mahasiswi STIKP Hamzar memiliki visi mencetak kader yang berakhlak baik, berilmu dan memiliki wawasan Kebangsaan yang luas “Visi ini menyiapkan kader IPPNU setidaknya mengenal identitas bangsanya, berkepribadian yang baik dan bermanfaat bagi roda gerak oraganisasi serta lingkungannya,”

Di tengah tantangan kemajuan teknologi dirinya berpendapat kader IPPNU dapat mengembangkan seluruh sumber daya untuk membuat jejaring dan mempermudah dalam mendapatkan literasi, kemudahan akses tugas tugas sekolah. Sementara pada sisi buruk kemajuan teknologi dapat menghalangi ke aktifan kader dan dapat mereduksi moralitas kadernya tetapi baginya hal ini menyesuaikan sesuai kebutuhan nantinya.

Dalam bingkai hasil konferensi ke-VII melalui proses musyawarah IPNU menempatkan Lalu Hamzan Wadi sebagai Ketua Cabang IPNU KLU memiliki visi mencetak kader yang visioner, melakukan pengkaderan menguasai ITE, membangun koordinasi dengan seluruh Banom dan lembaga. Hal ini menurut dirinya sebagai langkah awal membumikan eksistensi IPNU sebagai Banom NU terkecil penyangga syiar NU di Gumi Dayan Gunung (KLU). Dengan hal demikian eksistensi menjaga marwah NU terletak pada pundak IPNU-IPPNU periode pengurus saat ini. Allahu a’lam Bisawaf. (*)

Berita Terkait

Back to top button