Mataram (NTBSatu) – Hingga kloter 12, sebanyak empat Jemaah Calon Haji (JCH) dari Embarkasi Lombok dipastikan gagal berangkat ke Tanah Suci tahun ini.
Plh Kepala Balai Kekarantinaan Kesehatan Kelas I Mataram, Suparlan menjelaskan, penyebab utamanya adalah kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan untuk menjalani ibadah haji yang berat dan berisiko tinggi.
Dua dari empat JCH Embarkasi Lombok yang batal berangkat saat ini masih menjalani perawatan intensif di RSUD Provinsi NTB.
Satu di antaranya, jemaah dari Kloter 11, sempat mendapat rujukan ke rumah sakit karena kondisi kesehatannya sempat membaik.
Namun, setelah kembali ke asrama haji, jemaah tersebut mengalami stroke dan akhirnya pihak panitia memutuskan untuk tidak berangkat.
“Pihak rumah sakit sempat menyatakan jemaah ini sembuh, namun kembali mengalami gangguan kesehatan. Akhirnya, kita rujuk ulang dan pastikan tidak bisa berangkat tahun ini. Keluarga sudah kita beri tahu dan bisa menerima,” ujarnya, Jumat, 16 Mei 2025.
Sementara itu, satu JCH lainnya yang sebelumnya dirawat di Rumah Sakit Jiwa karena demensia justru bisa berangkat setelah kondisinya membaik.
Jemaah ini akan berangkat dalam Kloter 12 dan akan mendapatkan perhatian khusus dari tim medis serta pendampingan selama di Tanah Suci.
“Demensia ini seperti lupa diri karena faktor usia. Meski sekarang stabil, kondisi bisa berubah di Arab Saudi. Kita sudah siapkan pendamping dan perhatian khusus dari dokter kloter,” tambah Suparlan.
Daftar JCH Gagal Berangkat:
- MN (Kloter 8 – Sumbawa). Diagnosis: Stroke dan anemia
- DH (Kloter 9 – Mataram) Diagnosis: COPD + Atrial Fibrillation
- JCH Hamil (Kloter 1)
- JCH dengan TB Aktif (tidak disebutkan kloter)
Keempat jemaah tersebut akan menjadi prioritas keberangkatan pada musim haji tahun depan, bila kondisi kesehatan telah memungkinkan.
Sementara itu, suhu di Arab Saudi saat ini mencapai 42°C, menimbulkan risiko kesehatan bagi jemaah, terutama yang lanjut usia.
Hingga saat ini, sembilan JCH asal Lombok mendaoat perawatan, terdiri dari tujuh orang di rumah sakit Arab Saudi dan dua di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI).
Jenis penyakit yang mereka alami antara lain, Pneumonia, Gagal jantung, Anemia dan Demensia.
Meski mendapat perawatan, mereka tetap memiliki kesempatan mengikuti puncak ibadah haji. Karena otoritas kesehatan haji di sana akan mengangkut jemaah sakit menggunakan ambulans atau bus khusus ke Arafah, sesuai rukun haji yang utama.
Kurangi Aktivitas Sunnah, Fokus pada Kesehatan
Menjelang puncak ibadah haji, petugas haji mengimbau seluruh jemaah untuk mengurangi aktivitas ibadah sunnah, seperti umrah berulang-ulang. Serta menghindari paparan sinar matahari langsung, memperbanyak konsumsi air, buah, dan melakukan olahraga ringan di hotel.
“Yang utama sekarang adalah menjaga stamina. Jangan sampai kelelahan jelang Arafah. Tim promosi kesehatan kami terus mengingatkan jamaah agar menjaga pola hidup sehat,” jelas Suparlan.
Meskipun ada jemaah dengan riwayat tuberkulosis (TB), pihak kesehatan menyatakan bahwa yang diberangkatkan adalah pasien dalam pengobatan aktif dengan status BTA negatif, sehingga tidak menular.
Sementara JCH dengan TB aktif BTA positif dipastikan tidak berangkat.
“Himbauan kami, tetap gunakan masker di manapun, karena kita tak tahu potensi paparan dari jamaah negara lain,” pungkas Suparlan. (*)