
Mataram (NTBSatu) – Dinas Perumahan dan Permukiman (Perkim) Provinsi NTB mencatat, NTB masih memiliki 498.000 Rumah Tidak Layak Huni (RTLH). Jumlah tersebut tersebar di 10 Kabupaten dan Kota di NTB.
Kepala Dinas Perkim Provinsi NTB, Sadimin menyebutkan, ratusan ribu RTLH tersebut dihitung berdasarkan hasil analisa data Rumah Layak Huni (RLH) dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Data BPS menunjukkan, tahun 2023 RLH di NTB mencapai 66,31 persen. Sementara tahun 2024 mencapai 67,74 persen dengan tambahan RLH yang dibangun pemerintah, pengembang, dan Baznas tahun 2024 sebanyak 18.680 Rumah Tangga.
“Dari data itu, berdasarkan analisis kami tahun 2025 ini sudah mencapai 69,82 persen RLH. Dengan demikian, masih ada rumah yang tidak layak sebesar 30,18 persen atau sebanyak 498.000 Rumah Tangga,” jelas Sadimin, Jumat, 17 Januari 2025.
Ia mengatakan, untuk melakukan perbaikan terhadap RTLH tersebut bukan ranahnya Pemda. Melainkan kewenangan Pemerintah Pusat.
“Pemda hanya diberikan kewenangan untuk melakukan perbaikan terhadap rumah rusak, akibat bencana maupun relokasi rumah akibat program pemerintah,” ujarnya.
Pentingnya Pendataan Akurat
Sementara itu, Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Fahri Hamzah menekankan, pendataan yang akurat untuk perbaikan RTLH tersebut. Bahkan, ia mendorong pemerintah mengarahkan warga mulai tinggal di rumah susun.
Arahan untuk menempati rumah susun, agar masyarakat tidak beralih membangun rumah menggunakan lahan persawahan. Apalagi saat ini, jumlah kepemilikan rumah di NTB tidak sebanding dengan jumlah kepala keluarga.
Jumlah kepala keluarga sampai tahun 2024 sebanyak 1.467.000. Sementara jumlah Becklog atau kepemilikan rumah di Provinsi NTB berdasarkan data BPS tahun 2023 sebesar 7,6 persen atau sebanyak 121.782 Rumah Tangga
“Presiden sudah mengelurkan instruksi, tidak boleh lagi melakukan pembangunan di lahan sawah. Saya terus terang, sawah ini luar biasa memberikan kita keindahan, biarkan dia tetap jadi sawah,” ujar Fahri.
Pembangunan menggunakan lahan persawahan juga mengancam swasembada pangan di NTB. “Cari rumah yang kreatif, bikin rumah susun. Tinggal di tempat yang tidak menggunakan lahan sawah,” ucapnya. (*)